COMMUTERLINE LOVE STORY : EPISODE 12

Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 12

 

Pak Wawan Kurniawan tersenyum-senyum lucu ketika mendengar penjelasan dari Jarwo bahwa dia dan Dhandy ke stasiun Bogor demi seorang perempuan yang bernama Annisa Azzahrah. Demi rasa sayang dan cinta, Dhandy sampai mengorbankan segalanya. Termasuk waktunya hingga sampai ke stasiun Bogor segala. Di hadapan Pak Wawan, Dhandy tersipu malu. Sujarwo sahabatnya itu terlalu jujur dan detail menjelaskannya kepada Pak bos. Karena bisa saja Jarwo mengarang-ngarang cerita dan mencari alasan lain yang membuat Dhandy tidak merasa malu di hadapan Pak Wawan. Namun nasi sudah terlanjur ditelan. Tidak mungkin dimuntahkan lagi. Mau tidak mau Dhandy harus berupaya dan berusaha menahan rasa malunya di hadapan sang bos.

Namun sejatinya, Pak Wawan cukup mengerti dan memahami. Yang namanya anak muda pasti melalui tahap itu. Pun termasuk Pak Wawan yang waktu masih muda dulu pernah melewati dan mengalaminya juga. Jadi dia sangat memaklumi langkah yang Dhandy tempuh ini. Terlebih beberapa hari lagi Dhandy harus terbang ke Kyoto. Mungkin ada sesuatu yang ingin Dhandy sampaikan sebelum berangkat. Sangat wajar hal itu dilakukan.

“Sudah, tidak usah merasa malu berkepanjangan seperti itu Dhandy. Biasa aja. Namanya juga sedang jatuh cinta. Jadi wajar lah.” Ucap Pak Wawan tersenyum ramah.
“Tapi kasihan Dhandy Pak, dia tidak berhasil bertemu Annisa. Katanya si Annisa dan Papinya itu tidak tinggal lagi di rumah itu. Entahlah mereka pergi ke mana.” Sedari tadi Jarwo yang lebih dominan berbicara. Dhandy tidak diberikan kesempatan untuk bersuara. Jarwo, Jarwo. Hadeuuuhhh.
“Ohhh, turut prihatin ya Dhandy.”
“Padahal dia mau terbang ke Kyoto. Setidaknya ada sesuatu yang ingin diucapkan sebelum kepergiannya.” Imbuh Jarwo menambahkan.
“Yang sabar kamu ya Dhan. Kalau sudah jodoh, si Annisa kamu itu, pasti akan datang sama kamu tanpa kamu duga. Percayalah.” Suara Pak Wawan demikian menenangkan.
“Terima kasih Pak Wawan. Jadi tahu deh. Ah elo sih Wo… pake bocor segala.”
“Ehhh Dhan, atap rumah gue bocor noh. Elo bantuin benerin ya.”
“Kampret lo. Dasar ye. Hahahaha.”
“Ayeee. Ayeee.”

Suasana pun kembali mencair dan ceria kembali. Jarwo selalu bisa merubah suasana sedikit lebih jenaka. Pak Wawan pun hanya bisa tersenyum lepas melihat tingkah Jarwo dan Dhandy, bawahan-bawahan mereka. Sementara itu commuterline tujuan stasiun Angke terus melaju melewati stasiun demi stasiun secara pasti. Mulai dari Cilebut, Bojonggede hingga akhirnya kereta pun tiba di stasiun Tanah Abang. Pak Wawan langsung berpisah arah dengan Jarwo dan Dhandy. Pak Wawan melangkah menuju pintu tap out stasiun Tanah Abang, sementara Dhandy dan Jarwo transit ke jalur lima dan enam untuk berganti kereta.

Di dalam rangkaian kereta tujuan Serpong, wajah Dhandy terlihat masih murung dan kusut. Jarwo melihat itu. Rupanya kunjungannya yang gagal ke rumah Annisa masih membekas di hati Dhandy. Karena dari stasiun Tanah Abang tadi, Dhandy sudah tidak banyak berbicara lagi. Jarwo cukup prihatin dengan keadaan sahabatnya itu.

“Dhan… elo masih sedih ya.” Kali ini nada bicara Jarwo terdengar serius, tidak bernada bercanda seperti biasanya.
“Ini baru pertama kali Wo gue kayak gini karena cewek. Dan rasanya tuh, duhhh…”
“Iya, gue ngerti banget perasaan lo. Ya udah sekarang sabar aja. Bener yang diomongin Pak Wawan tadi. Kalo Annisa itu memang jodoh elo, dia pasti akan datang lagi sama lo. Dan gue yakin akan hal itu.”
“Mudah-mudahan seperti itu. Aamiin. Walaupun gue masih ragu.”
“Udahlah jangan dipikirin terus. Elo kan mau ke Jepang. Semangat dong. Jangan jadi loyo seperti ini hanya karena gara-gara cewek yang belum pasti.”

Dhandy tidak menanggapi perkataan sahabatnya itu. Sampai akhirnya pandangan mata Dhandy dikejutkan oleh sesuatu. Ya. Di dekat persambungan sana tepatnya di kursi prioritas, Dhandy melihat seorang perempuan sedang berdiri di depan pintu. Ya. Sepertinya perempuan itu sedang bersiap-siap untuk turun di stasiun Pondok Ranji. Ya memang. Beberapa saat lagi kereta memang akan tiba di stasiun Pondok Ranji, beberapa penumpangnya terlihat banyak yang bersiap-siap untuk turun.

“Annisa, itu Annisa bukan sih?” Tanya Dhandy kepada dirinya sendiri. Jarwo yang mendengar itu langsung mengikuti arah pandang Dhandy ke kursi prioritas.
“Jangan langsung memvonis Dhandy, ntar salah lagi seperti tadi.”
“Tapi insya allah ini bener Wo. Itu memang Annisa.”
“Pastiin dulu lah. Jangan sampai malu seperti tadi.”

Kereta berhenti sempurna di stasiun Pondok Ranji. Pintu kereta terbuka semuanya. Dan beberapa penumpangnya segera keluar dari rangkaian kereta. Dhandy langsung menajamkan pandangannya ke arah perempuan yang mirip dengan Annisa tadi. Dan benar saja, setelah diperhatikan dengan seksama, itu memang Annisa. Annisa Azzahrah. Perempuan yang selama ini dicari dan dirindukannya. Tanpa banyak waktu lagi, Dhandy segera beranjak dari tempat duduknya. Dhandy setengah berlari. Namun ketika dia hendak keluar dari pintu, kakinya tak sengaja menendang kaki penumpang yang agak maju ke depan dan sedang tertidur pulas. Alhasil, Dhandy pun terjatuh dan kepalanya membentur pegangan besi dekat pintu.

“Annisa!!” Sebelum terjatuh, Dhandy sempat menyebut nama Annisa dengan suara yang sangat kencang. “Aaawww!!”

BERSAMBUNG ke episode berikutnya…

Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *