COMMUTERLINE LOVE STORY : EPISODE 32

CL LOVE STORY

Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 32

 

Beberapa saat setelah Annisa tap in di stasiun Manggarai, seorang anak kecil kurang lebih berusia sebelas tahun memakai jasa warna hitam plus dengan dasi kupu-kupunya, memberikan beberapa kuntum bunga mawar warna putih kepada Annisa yang masih terlihat keheranan. Bunga yang masih segar dan baru. Harumnya masih terasa.
“Ini bunga buat kakak.” Seraya anak kecil itu memberikannya.
“Terima kasih. Dari siapa ini.”
“Ada kartu kecilnya, dibaca aja ya kak.”

Ya, di balik tangkai bunga mawar putih itu terselip kartu kecil yang sudah pasti ada tulisan di dalamnya. Annisa segera membuka kemudian membacanya. “Putih adalah lambang kesucian, begitupun dengan perasaanku padamu. Dan mawar adalah lambang cinta, begitu juga dengan keadaan hatiku saat ini. D.A.”

Annisa menutup mulutnya dengan jemari tangannya membaca pesan singkat berikutnya dari seseorang yang berinisial D.A itu. Antara bahagia dan juga kaget. Untuk yang ketiga kalinya Annisa dihempas perasaan kaget. Sementara itu bidikkan kamera terus mengikutinya. Sungguh, Annisa masih belum mengerti, ada apa dengan semua ini.

Langkah Annisa tidak asal begitu saja, ada lambang-lambang hati yang harus dia lewati. Sesaat setelah menerima beberapa kuntum bunga mawar putih, lambang-lambang cinta itu menuntunnya menuju tepi stasiun Manggarai. Ya. Annisa mengikuti lambang cinta itu. Saat baru saja melangkah beberapa langkah, Annisa bertemu lagi dengan seorang anak kecil seperti tadi. Kali ini anak kecilnya memakai jas warna biru kemudian memberikan sebuah boneka warna pink.

“Ini untuk kakaknya.”
“Terima kasih De.”
“Ada kertas kecilnya. Jangan lupa dibaca ya Kak.”
“Iya Adek, terima kasih.”

Annisa pun bergegas menerima boneka itu kemudian membaca kertas kecil yang diselipkannya. Dan tentu saja ada tulisan yang harus dibacanya. “Saat pertama bertemu dengan kamu aku langsung yakin, bahwa kamu adalah yang terbaik. Karena dengan keyakinan, hati kita akan digelayuti rasa bahagia. D.A.” Annisa langsung tersenyum-senyum sendiri membaca surat pendek itu.

Beberapa saat berikutnya Annisa bertemu lagi dengan lambang dan jejak cinta yang harus dia lewati sebagai penunjuk arah. Ya. Annisa melangkah menyusuri tepi stasiun Manggarai sebelah kanan jalur satu. Dan untuk yang kesekian kalinya Annisa bertemu lagi dengan seseorang. Kali ini dia bertemu dengan Ibu-Ibu berhijab dan memberikannya sekotak coklat plus dengan selembar kertas yang dilipat.

“Ini ada titipan buat Mbaknya.”
“Aduh, dari siapa Bu?”
“Ada di tulisan kertas itu, baca aja, selamat ya Mbak.”
“Terima kasih Bu.

Sekotak coklat berukuran sedang. Di tangan Annisa sudah begitu banyak yang dia pegang. Dengan inisiatif, Jarwo yang menemaninya, memeganginya untuk sementara waktu.
“Sini Niss, saya pegangin.”
“Terima kasih Mas Jarwo.”

Annisa pun segera melihat kotak coklat tersebut. Wahhh. Coklat yang lumayan indah dan banyak. Annisa sampai terkesiap. Setelah itu Annisa membuka tulisan yang ada di kertas kecil lagi seperti tadi. “Kita memang baru pertama kali bertemu, namun dalam tahajjudku dan dhuha-ku, hanya wajah kamu yang selalu melintas, bukan perempuan lain. Insya allah, kamu adalah jodoh yang sebenarnya untuk aku, hingga selamanya. Dhandy Ardiansyah.”

Astagfirullahaladzim, Allahu Akbar. Annisa langsung terharu seterharunya perasaan. Antara ingin menangis, tersenyum dan juga kaget. Semuanya bercampur menjadi satu. Jadi D.A itu Dhandy Ardiansyah. Ya ampun, mengapa Annisa tidak terpikirkan sedari tadi.
“Mas Dhandy… Mas…

Kamera yang mengikuti tak lupa mengabaikan ekspresi Annisa yang sudah pasti nantinya akan hadir dan ditayangkan di salah satu stasiun televisi. Jauh beberapa langkah dari lokasi Annisa berdiri, Dhandy yang sudah menunggu, ikut larut dalam kebahagiaan. Tinggal sesaat lagi. Tinggal sesaat lagi moment penting dan bersejarah itu akan tercipta.

BERSAMBUNG ke episode berikutnya…

Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *