COMMUTERLINE LOVE STORY : EPISODE 10

Hari keberangkatan Dhandy ke Kyoto Jepang semakin dekat saja. Dan hal itu membuat hati Dhandy didera berbagai macam perasaan. Excited, bahagia, bersemangat, tidak sabar dan juga galau. Ada perasaan galau karena hingga saat ini Dhandy belum bisa bertemu lagi dengan Annisa Azzahrah. Semakin lama tidak bisa bertemu, semakin merindu hatinya pada gadis itu. Padahal seharusnya dia bahagia karena diberikan kepercayaan dan kesempatan untuk mengunjungi negeri sakura. Terlebih keluarga dan kedua orangtuanya sangat mendukung dan bahagia ketika mendengar bahwa Dhandy akan berangkat ke sana. Tidak ada yang menghalangi ataupun menahan-nahan. Hanya saja satu yang jadi penyebab. Annisa Azzahrah.

 

Rasanya, sebelum Dhandy pergi, dia ingin sekali bertemu terlebih dahulu dengan gadis itu. Sekedar untuk mengatakan bahwa dia pergi ke Jepang karena pekerjaan semata. Dhandy hanya ingin minta secarik doa tulus dan suci dari Annisa agar kelak selama dalam perjalanan nanti semuanya dilancarkan tanpa kurang suatu apapun. Maka dari itu hari ini dia sengaja memberanikan diri untuk pergi ke Bogor, ke rumahnya Annisa. Mau tidak mau Dhandy harus melakukan itu. Mungkin, bila saja Dhandy tahu nomor handphone Annisa yang baru setelah kejadian pencopetan itu, dia tidak harus jauh-jauh datang ke Bogor. Cukup mengadakan janji saja bersama Annisa di suatu tempat.

 

Untuk itu dia meminta bantuan Sujarwo rekan kantornya sekedar untuk menemani dan membuatnya pede. Dan alhamdulillah sebagai rekan kerja, Sujarwo tidak mempermasalahkannya. Dia tidak keberatan. Dari stasiun Tanah Abang mereka naik commuterline tujuan Bogor sekitar jam tujuh pagi. Sengaja sepagi itu, agar semuanya bisa segera terselesaikan dengan cepat. Dan kebetulan sabtu ini mereka berdua tidak masuk kantor. Bisa punya banyak waktu dan kesempatan untuk lebih lama menyelesaikan perjalanan ini dengan santai tanpa harus terburu-buru.

 

“Semoga Annisa ada di rumahnya ya Wo. Doain gue dong.”
“Iye Dhan, gue doain dah. Semoga usaha elo hari ini untuk bertemu dengan gadis pujaan hati lo itu, lancar.”
“Belum jadi gadis pujaan sih Wo. Annisa itu peri cintaku.”
“Anjayyy bahasa lo. Soq puitis lo.”

 

Dhandy dan Jarwo segera masuk ke rangkaian kereta tujuan Bogor yang sudah ada di jalur tiga stasiun Tanah Abang. Alhamdulillah sepagi itu penumpangnya belum terlalu penuh. Masih ada beberapa bangku yang masih kosong. Entahlah bila agak siangan sedikit, mungkin situasi kereta sudah dipenuhi oleh Ibu-ibu yang baru pulang belanja di pasar Tanah Abang dengan beberapa bungkusan dan gembolan yang diletakkan di rak atas dan juga lantai kereta.

 

Pendingin di kereta yang mereka naiki semilir memanja. Membelai dan mengusap-usap wajah Dhandy juga Jarwo. Sampai akhirnya saat mereka sedang duduk asyik menunggu kereta diberangkatkan, Jarwo melihat perempuan di peron dua sedang menunggu kereta. Dan sepertinya perempuan itu Jarwo mengenalinya.

“Dhandy… Dhandy… lihat cewek itu. Itu Annisa bukan sih?” Jarwo mengarahkan pandangannya kepada seorang perempuan yang sedang berdiri di samping tiang stasiun.
“Yang mana Wo, jangan ngagetin gue deh.” Dhandy mengikuti arah pandang Jarwo.”
“Yang pake baju biru ungu itu, yang pake rok. Yang deket tiang.”
“Oh iya. Itu Annisa Wo. Itu Annisa. Ayo kita samperin dia.”
“Ayo.”

 

Dhandy dan Jarwo bergegas bangkit dari duduknya kemudian bergegas keluar dari dalam kereta. Setengah berlari mereka keluar dari kereta dan menghampiri seorang perempuan yang diduga adalah Annisa Azzahrah.

“Annisa!” Pekik Dhandy lepas dan dengan perasaan bahagia. Dan sebentar kemudian perempuan itu pun membalikkan badannya.
“Maaf, siapa ya.”

 

Antara sedih, malu dan juga kecewa. Ternyata perempuan itu bukan Annisa. Melainkan orang lain. Hanya saja postur tubuhnya memang sangat mirip.

“Maaf. Saya pikir Mbak teman saya, mirip soalnya. Maaf ya.” Ucap Dhandy tersipu malu sambil membalikkan badannya kemudian menjauh dari perempuan itu sambil menahan rasa malu yang tak tertahankan.

 

Jarwo dan Dhandy pun langsung masuk ke dalam rangkaian kereta lagi. Dengan langkah gontai, Dhandy kembali duduk diikuti oleh Jarwo.

“Maafin gue Dhan. Gue pikir itu Annisa. Sorry ya.”
“Nggak apa-apa Wo. Mungkin gue yang begitu terobsesi dengan Annisa.”
“Lagian gue sebenernya juga nggak yakin, ngapain sepagi ini dia ada di stasiun Tanah Abang. Mau kemana coba.”
“Kayaknya gue emang jatuh cinta beneran sama Annisa Wo.”
“Gue si udah tahu kelless kalo elo itu emang udah suka sama Annisa dari hari pertama ketemu.”
“Gue pengen. Sebelum gue berangkat ke Kyoto, gue pengen ketemu sama dia dulu. Gue pengen beli oleh-oleh buat dia.”
“Jangan lupa oleh-oleh buat gue juga. Gimana sih lo.”
“Ah elo Wo, bikin badmood gue aja lo.”
“Hahahaha… jatuh cinta, berjuta rasanya. Ayeee.”

 

Jarwo paling seneng kalo sudah membuat hati Dhandy keki dan serba salah seperti itu.

BERSAMBUNG ke episode berikutnya…

Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *