COMMUTERLINE LOVE STORY : EPISODE 26

Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 26

 

Commuterline yang dinaiki Annisa berderit-derit saat akan memasuki stasiun Bojong Indah. Masinis di kabin depan sepertinya belum lihai memainkan rem pengendali. Atau juga kereta yang dinaiki memang harus segera diperbaiki dan masuk dipo. Sehingga, komunikasi jarak jauhnya dengan Dhandy di Kyoto sana, nyaris tak terdengar.

“Halo Mas, maaf nggak kedengeran nih. Keretanya ngerem nggak kira-kira, kenceng banget.”
“Kamu baru pulang les Niss.”
“Iya Mas, ini udah sampe Bojong Indah.”
“Semangat terus ya Niss.”
“Terima kasih Mas. Oh iya Mas, ada kabar buruk apa sih. Aku penasaran nih.” Annisa menagih kata-kata Dhandy tadi.
“Iya nih Nissa. Ada hal yang tidak enak yang harus aku sampaikan sama kamu.”
“Cerita aja Mas. Aku siap mendengarkan koq.”

Annisa, kemungkinan besok aku sudah pulang ke Indonesia. Aku mendapat kabar dari Budeku di Temanggung, bahwa eyang kakung, kakek aku sedang kritis. Sudah tiga minggu beliau tidak sadarkan diri. Siang tadi aku dapat kabar dari Budeku. Semua keluarga sudah berkumpul di rumah kakek. Tinggal aku yang belum datang. Bude mengabarkan seperti itu karena khawatir, kakek tidak ada umur. Akhirnya aku diminta pulang ke Temanggung langsung.

Pak Abdur Rahman dan mister Nagao San sudah aku informasikan mengenai hal ini. Awalnya Pak Abdur seperti kurang setuju aku pulang cepat, namun akhirnya beliau mengerti. Dan akhirnya aku pun diperbolehkan pulang lebih awal. Annisa… sungguh, ini di luar kendali aku. Tidak menyangka akan seperti ini.

Padahal, aku sudah merencanakan sesuatu yang paling indah tentang pertemuan kita setelah aku pulang dari Kyoto nanti. Banyak kisah dan cerita yang ingin aku bagikan sama kamu selama aku di sini. Tapi… mau bagaimana lagi. Kakek aku sedang kritis, aku harus menemuinya. Karena semua keluargaku sudah ada di Temanggung semuanya.

Sungguh… aku juga bingung, mengapa setiap kita akan bertemu, ada saja halangan dan kendalanya. Semua semua ini bukan pertanda buruk untuk kita berdua. Terlepas dari semua itu, aku percaya pada Allah SWT, bahwa pada saatnya nanti, kita pasti dan pasti akan dipertemukan. Dan dengan begitu, otomatis aku tidak sempat terpikirkan beli oleh-oleh untuk di Indonesia, khususnya untuk kamu Annisa. Aku benar-benar minta maaf, aku minta maaf kalau semuanya harus seperti ini. Padahal aku udah kangen banget sama kamu. Aku ingin melihat kamu untuk yang kedua kalinya secara langsung. Aku…

“Mas Dhandy Ardiansyah… iya Mas, nggak apa-apa. Aku paham koq. Aku sedang mengerti. Bagaimanapun keluarga adalah lebih utama. Kalau memang belum saatnya ya sudah, mau bagaimana lagi.” Nada bicara Annisa demikian tenang dan menyejukkan telinga Dhandy di Kyoto sana.
“Tapi Niss… sumpah, aku kangen banget sama kamu. Hati dan pikiranku selalu tertuju padamu. Apalagi saat ini aku sedang jauh sama kamu. Bisa kamu bayangkan bagaimana perasaan aku.”
“Iya Mas. Aku ngerti. Mungkin Allah punya rencana lain untuk kita.”
“Aku janji, setelah aku pulang dari Temanggung, aku langsung ketemu sama kamu. Kalau perlu kita ketemu seharian. Dari pagi sampai malam.”

Iya Mas nggak apa-apa. Yang penting sekarang adalah, Mas segera temui kakek Mas. Soal kita, pikirkan lagi nanti. Itu bisa diatur nanti. Yang jelas, aku akan selalu berdoa untuk Mas Dhandy, semoga di perjalanan pulang besok, diberikan kelancaran dan kemudahan. Soal oleh-oleh, aku tidak memikirkannya. Justru yang aku pikirkan adalah keselamatan Mas Dhandy.

“Terima kasih Nissa. Terima kasih.”
“Sama-sama Mas.”
“Aku janji, setelah itu kita buat acara khusus untuk kita ketemuan. Terserah mau dimana, kamu saja yang menentukan.”
“Itu masalah gampang Mas, yang penting kamu jujur. Tidak sedang berbohong sama aku. Karena aku paling benci dan nggak suka kalau dibohongi.”
“Mmm… insya allah aku jujur Nissa.”
“Ya udah nggak apa-apa. Aku anggap masalah ini sudah selesai. Hati-hati besok ya Mas. Jangan lupa berdoa dan banyak istighfar. Salam untuk keluarga kamu di Temanggung.”
“Terima kasih ya Niss, semoga Allah SWT selalu memberkati dan melindungi kamu.”
“Aamiin.”
“Assalamua’laikum.”
“Waalaikum salam.”

BERSAMBUNG ke episode berikutnya…

Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *