COMMUTERLINE LOVE STORY : EPISODE 30

Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 30

Annisa berkecamuk pikirannya. Apa yang sudah diceritakan oleh Jarwo temannya Dhandy membuatnya bingung. Apa mungkin Dhandy benar-benar telah membohonginya. Lalu atas dasar apa laki-laki yang baru dikenalnya itu berbuat seperti itu. Bersama perempuan bermata sipit. Berarti Dhandy punya perempuan lain. Atau mungkin sebenarnya selama ini dia sudah punya perempuan pilihan. Tapi bila berkomunikasi di telepon dan pesan-pesannya di WhatsApp, Annisa sangat yakin bahwa Dhandy adalah tipe laki-laki setia. Namun penjelasan Jarwo, hahhh.

Kalau memang Dhandy sampai membohonginya, Annisa sudah mempersiapkan kata-kata sendiri untuk laki-laki itu. Apa dasarnya laki-laki itu harus membohonginya. Apa salah Annisa sehingga Dhandy tega melakukan hal itu. Karena selama ini Annisa selalu terbuka dan berkata apa adanya kepada Dhandy. Rasa sakit dan kecewa pasti Annisa rasakan bila memang Dhandy melakukan hal itu. Baru kenal saja sudah berani berbohong, bagaimana nanti kalau sudah lama kenal.

Kereta tujuan Bogor, Depok ataupun Manggarai di jalur tiga stasiun Tanah Abang belum juga datang. Padahal Annisa sudah menunggu cukup lama. Entahlah. Sementara penumpang yang datang di peron jalur tiga semakin bertambah, mulai menyesaki area peron. Hmmm, bila kereta datang nanti, sudah pasti situasi di dalam kereta akan sangat padat. Dalam keadaan seperti itu, Annisa mencoba untuk menghubungi Dhandy. Dia pun segera mengambil ponselnya dari dalam tas.

Setelah handphone ada di tangannya, Annisa segera menghubungi nomor Dhandy. Setelah tersambung, Annisa pun menunggu Dhandy menjawabnya. Namun sampai dering terakhir, telepon itu tidak dijawab. Padahal handphonenya aktif, bisa dihubungi. Hanya saja tidak diangkat. Annisa harus mencari tahu tentang kebenaran berita itu. Kalau sudah mendengar langsung dari mulut Dhandy, Annisa baru bisa percaya.

Untuk yang kedua kalinya Annisa menghubungi Dhandy lagi. Mungkin yang tadi laki-laki itu sedang sibuk atau sedang jauh dari lokasi handphone. Namun ternyata sama saja. Telepon yang kedua pun sama, tidak ada jawaban dari Dhandy. Padahal nada dering jelas terdengar. Hmmm… Annisa mendengus perlahan. Prasangka tidak baik sepertinya mulai meracuni pikirannya. Apa mungkin Dhandy tidak mau mengangkat teleponnya karena saat ini sedang berduaan bersama seorang perempuan bermata sipit, persis seperti yang diceritakan oleh Jarwo.

Dari arah selatan akhirnya tiba commuterline tujuan Bogor. Semua penumpang yang menunggu di peron jalur tiga segera bersiap-siap. Dan ketika kereta datang, kondisi penumpangnya lumayan padat. Annisa cukup terhenyak, dia tidak yakin bisa masuk ke dalam rangkaian kereta. Karena melihat para penumpang yang berdiri di tepi peron, sangat banyak. Pada saat itulah handphone Annisa berbunyi, ada panggilan masuk. Mudah-mudahan Dhandy yang telepon balik. Namun setelah dilihat ke layar handphone, ternyata Jarwo yang meneleponnya lagi, bukan Dhandy. Hhhh… Annisa mendengus pelan untuk yang kedua kalinya.

“Iya Mas Jarwo.” Annisa langsung menjawab.
“Kamu sudah sampai mana Nissa, udah naik yang ke arah Manggarai belum?”
“Belum Mas. Keretanya penuh banget, saya tidak bisa masuk. Takut kedorong-dorong.”
“Wahhh, gimana nih.”
“Gimana apanya Mas. Ada apa lagi?”
“Ya udah nggak apa-apa deh. Kamu naik kereta yang belakangannya saja. Usahakan bisa naik ya. Sebelum kamu nyesel soalnya.”
“Sebenarnya apa yang terjadi sih Mas, saya nggak ngerti dari tadi.”
“Kamu akan mengerti kalau sudah ada di stasiun Manggarai.”
“Ini tentang Mas Dhandy ya Mas Jarwo. Dia punya perempuan lain. Dia…”

Sekarang begini saja deh Annisa, kamu naik taksi ke stasiun Manggarai. Nanti saya tunggu di luar area stasiun Manggarai. Argonya biar saya yang bayar. Soalnya kalau terlalu lama, takutnya nggak keburu.
“Begitu ya Mas.”
“Iya Annisa. Sebelum semuanya terlambat.”
“Baiklah Mas Jarwo. Kalau begitu saya putar haluan nih. Sampai ketemu nanti di sana ya Mas.”
“Oke. Cepat ya Niss. Assalamua’laikum.”
“Waalaikum salam.”

BERSAMBUNG ke episode berikutnya…

Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *