Progress Report #2 : Double Track Maja – Rangkasbitung

Progress Report #2 : Double Track Maja - Rangkasbitung

Pertumbungan penumpang KRL Commuter Line di lintas Greenline rute Tanah Abang – Rangkasbitung semakin meningkat pesat. Walaupun semua rangkaian yang beroperasi di Greenline menggunakan formasi 10SF, nampaknya belum cukup menampung animo masyarakat. Teruma pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari. Penambahan jadwal adalah satu-satunya hal yang mungkin dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.
Namun, fasilitas fisik terutama rel belum memadai. Untuk itu pemerintah melalui Departemen Perhubungan mulai kembali menyelesaikan pembangunan Double Track Maja – Rangkasbitung yang sempat mangkrak.

Jika pada bulan September tim punggawa KMP@Cakruk telah melaporkan progress report, sekarang kita intip kembali perkembangan pembangunannya.
Melalui foto dan video yang berhasil kami himpun, kita bisa melihat pembangunan yang terus dikerjakan dan dikebut.

Rekan Rachman roker Tigaraksa memerikan keterangan “sudah tanya salah satu pekerja DT (Double Track) Citeras (CTR) – Rangkasbitung (RK) pengerjaannya di percepat. Target tahun ini harus rampung saat ini pengerjaan sudah mencapai 90%. Ada kemungkinan Gapeka 2018 sudah di operasikan DT CTR – RK>. Dan Stasiun Rangkasbitung jalur 1,2,3 dan 4 akan di rombak”.
Menurut pengamatan Rachman banyak roker Rk dan CTR yang mengeluh kemarin saat survei ke Rangkasbitung, efek KRL terlambat itu juga berasal dari KRL MAJA.

Hasil survery, Greenline mempunyai 5 poin permasalahan. Selama 5 poin itu belum terlaksana perka Greenlineakn tetap kacau.
5 poin di antaranya :

  • Pengaktifan Double Track Maja – Rangkasbitung
  • Upgrade sinyal tertutup ke sinyal blok terbuka
  • Merubah rute Stasiun pemberangkatan Awal dan Akhir KRL GreenLine menjadi;
    – RK – THB
    – TGS – THB
    – PRP – THB
  • Copot/non aktifkan wesel dan jalur 3 Sudimara
  • Feeder THB (Tanah Abang) – MRI (Manggarai)

Rachman menegaskan “copot biar tidak ada 1929 nangkring lagi. Selama SDM ada wesel dijalur 3, 1929 akan tetap ada ! Kalau wesel gak ada 1929 gak berani nangkring lama”.
“Ambil 4 poin pasti geser itu 1929 ke PRP (Parungpanjang) lagi, karena dari 4 poin itu pasti frekuensi perjalanan bertambah dan armada di tambah” tandas Rachman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *