Lanjutan Cerbung Panggil Dia Ibu : Episode 15
Sudah hampir setengah jam Wawan dan Habibi menunggu Elmeira di stasiun Bojonggede. Namun hingga saat ini Elmeira belum juga muncul. Seperti yang sudah diinformasikan sebelumnya, sore tadi Elmeira ada acara buka puasa bersama teman-teman sekolahnya di daerah Duren Kalibata. Wawan dan Habibi sengaja menunggu di stasiun Bojonggede karena seharusnya Elmeira sudah pulang sejak jam delapan malam tadi. Namun hingga kini, ketika jarum jam sudah berputar ke jam setengah sepuluh malam, Elmeira belum juga pulang.
Beberapa kali Wawan dan Habibi bergantian menghubungi Elmeira, namun tak satupun ada yang diangkat. Sebagai orangtua, Wawan mulai cemas. Tentu saja demikian, karena Elmeira adalah anak perempuan. Dan semalam ini dia belum juga pulang. Setiap kereta tujuan Bogor yang tiba di stasiun Bojonggede, semua penumpangnya Wawan perhatikan satu persatu. Namun di antara semua penumpang, tak satu pun Elmeira nampak di antara mereka. Pergi ke mana Elmeira. Ada di mana dia sekarang. Dalam keadaan baik-baik sajakah, atau sebaliknya.
Setiap saat, Wawan melihat ke arlojinya. Hmmm, sudah hampir jam setengah sebelas malam. Namun hingga kini, Elmeira belum datang. Wawan semakin khawatir, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Abib… coba kamu hubungi teteh kamu sekali lagi. Siapa tahu sekarang handphonenya sudah aktif.” Perintah Wawan kepada Habibi.
“Baik Ayah.”
Habibi pun mulai memainkan handphonenya dan segera menghubungi nomor Elmeira kakaknya. Namun setelah dicoba, nomor Elmeira belum bisa dihubungi. Tidak aktif.
“Tetep belum bisa Yah. Ada apa ya dengan si teteh.”
“Ya ampun Elmeira, kamu di mana sih sayang. Ayah sangat khawatir sama kamu Nak.”
“Ya udah, kita tunggu saja sampai kereta terakhir lewat Yah. Siapa tahu si teteh pulang.”
“Jam satu lewat dini hari dong.”
“Ya habis mau bagaimana lagi. Biar penantian kita nggak sia-sia Yah.”
“Ayah khawatir sekali sama teteh kamu Bib. Karena dia seorang perempuan.”
Beberapa saat setelah itu commuterline tujuan Bogor tiba di stasiun Bojonggede. Setelah pintu dibuka, para penumpangnya segera berhamburan turun dari setiap pintu. Habibi dan Wawan langsung siap-siap untuk melihat dan mencari sosok Elmeira. Semuanya diperhatikan satu persatu. Tak ada yang luput dari pandangan mereka. Namun setelah dicari, tidak ada sosok Elmeira ada di dalam kereta yang baru datang itu. Sampai penumpang terakhir, Elmeira tetap tidak ada.
Habibi dan Wawan mendengus panjang kemudian kembali ke tempat duduk peron dengan wajah lesu. Entah sampai kapan mereka berdua harus menunggu lagi di peron stasiun.
“Kang Wawan… Habibi. Kalian ngapain di sini malam-malam?” Sebuah suara tiba-tiba saja mengagetkan Wawan dan Habibi yang sedang murung memikirkan Elmeira.
“Mbak Calista!” Ya, perempuan itu adalah Calista.
“Si teteh belum pulang sampai jam segini tante.” Habibi yang menjawab.
“Elmeira maksudnya.”
“Iya Mbak. Tadi bilangnya mau buka puasa bersama di daerah Kalibata sama teman-teman sekolahnya. Tapi sampai jam segini belum pulang juga. Saya khawatir sekali.”
“Kalibata?” Calista malah balik kaget.
“Koq Mbak malah kaget seperti itu sih. Memangnya kenapa Mbak?” Wawan mengernyitkan kedua alisnya.
“Ya ampun. Apa Kang Wawan tidak tahu?”
“Tidak tahu apa Mbak? Tolong, jangan membuat saya bingung. Sepertinya Mbak tahu sesuatu.”
Begini Kang Wawan, tadi itu saya baru saja mengunjungi keluarga saya yang ada di Halim Perdanakusuma. Saat pulang melewati Mall Duren Kalibata ada sebuah insiden yang sangat menggemparkan dan memacetkan jalanan. Pasalnya ada sekelompok ABG, lebih tepatnya perempuan yang berusaha melawan dan tertangkap tangan membawa sabu-sabu dan ganja. Aku juga bingung, koq di bulan Ramadhan seperti ini ada sekelompok ABG, perempuan lagi. Malah membawa narkoba dan sejenisnya.
Saat saya bertanya kepada salah satu pedagang yang ada di sekitar depan Mall Kalibata, katanya sekelompok ABG itu alasannya mau buka puasa bersama di satu tempat. Namun ketika ada satu kantong plastik kecil putih bening terjatuh ke aspal dari salah satu tas si anak ABG itu, polisi yang kebetulan sedang melintas di daerah itu melihat benda jatuh yang mencurigakan itu. Dan setelah di cek, ternyata itu serbuk sabu-sabu yang terjatuh.
Tentu saja polisi itu langsung mengejar sekelompok ABG perempuan yang akan menuju ke sebuah apartemen yang tak jauh dari stasiun Duren Kalibata. Namun ketika hendak ditangkap, mereka malah melawan dan berontak. Seketika jalanan jadi macet dan semrawut karena kejadian itu. Kang Wawan… aku sih berpikiran, semoga Elmeira benar-benar tidak ada di antara sekelompok ABG itu. Karena aku percaya, Kang Wawan mengajari Elmeira akhlak dan agama yang baik.
“Astagfirullahaladzim… koq saya jadi deg-degan seperti ini ya Mbak Calista. Karena cerita Mbak sangat nyambung. Soalnya sampai saat ini Elmeira belum pulang. Jangan-jangan… Oh tidak. Itu tidak mungkin.”
“Sudahlah Kang Wawan, tenang. Semoga saja Elmeira tidak ada dalam insiden itu. Insya allah tidak.”
“Ayah… si teteh gimana Yah. Abib mikirin teteh nih Yah.”
“Elmeira… Di mana kamu sayang. Pulanglah.”
BERSAMBUNG ke episode berikutnya…
Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat