Dhandy dan Annisa sama-sama tertidur pulas di dalam kereta. Masing-masing tidak sadar bahwa kereta yang mereka naiki sudah sampai di stasiun akhir, yaitu stasiun Serpong. Namun keduanya masih belum terbangun. Penumpang yang lain satu persatu turun dari rangkaian kereta, hingga akhirnya keadaan dan situasi kereta mulai sepi. Namun Dhandy dan Annisa tetap belum bangun. Mungkin saking lelahnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan hari ini. Kepala Annisa tetap disandarkan di pundak Dhandy dan tangannya melingkar di pinggang Dhandy. Entah itu disengaja atau tidak. Yang jelas.
“Mas… Mbak… sudah di Serpong nih. Bangun.” Seorang petugas Walka perlahan membangunkan Dhandy dan Annisa sambil menepuk bergantian pundak mereka berdua. “Asik bener dah yang lagi pacaran.”
Merasa ada yang suara dan ada yang menepuk-nepuk, perlahan Annisa pun terbangun. Dan dia pun langsung kaget ketika sadar. Ya. Annisa terkejut karena posisi kepalanya ada di pundak Dhandy, dan kedua tangannya melingkar di pinggang Dhandy. Sungguh, Annisa merasa sangat malu. Lekas-lekas Annisa melepaskan semua itu.
“Mas Dhandy… bangun Mas. Sudah sampai Serpong ini.” Kini giliran Annisa yang membangunkan karena dia lihat, Dhandy masih tertidur. “Mas Dhandy… ayo bangun.”
“Mungkin minta dicium dulu Mbak cowoknya. Coba deh, pasti dia bangun.” Seloroh suara petugas Walka ceplas-ceplos sambil tersenyum-senyum. Membuat Annisa tersipu malu dan jadi salah tingkah.
“Aduh Mas Walka ada-ada saja ah.”
“Biasanya kan gitu. Soalnya pengalaman pribadi. Hahahaha.” Petugas Walka itu terlihat sangat humoris dan senang becanda. Annisa jadi terhibur karenanya. Sementara itu Annisa hanya menanggapinya dengan senyuman.
Langit stasiun Serpong pagi ini sangat cerah. Membiru dan bersih di atas sana. Tidak ada satupun awan yang menutupi. Tidak ada selimut mendung yang menghalangi. Dhandy baru saja selesai tap out, dia bergegas menuju peron jalur dua stasiun Serpong, menunggu kereta dari arah stasiun Cisauk. Para penumpang yang lain pun sudah banyak yang berdiri menunggu di peron stasiun. Biasanya di jam-jam seperti ini ada kereta yang stand by di stasiun Serpong. Namun di jalur satu, tidak nampak. Mungkin sudah berangkat atau memang telat. Tapi ya sudahlah, yang penting bagi Dhandy, kereta yang langsung berangkat, itu yang dia naiki.
Dhandy bersandar di tiang stasiun sambil mengingat-ingat kembali saat Annisa menginap di rumahnya Sabtu kemarin. Alhamdulillah, Ibu dan adik perempuanya menerima kehadiran Annisa dengan senang hati. Dhandy tak menyangka bahwa Ibunya begitu ramah dan memperlakukan Annisa dengan baik, padahal baru kenal.
“Kak Dhandy bisa aja nyari ceweknya. Cakep.” Nia adiknya membisik di telinga Dhandy saat itu.
“Itu bukan pacar kakak, baru kenal.”
“Orangnya santun dan lembut hatinya Kak, udah jadiin aja. Nia setuju koq.”
“Husss, ngawur aja kamu Dek, Dek.”
“Kapan-kapan ajak nginep lagi ya Kak.”
Dhandy tersenyum-senyum sendiri mengingat ucapan Nia adiknya saat itu. Alhamdulillah, tidak menyangka sebelumnya. Saat sedang tersenyum-senyum seperti itu, handphone Dhandy berdecit-decit mengagetkannya. Dhandy segera mengambil ponselnya yang dia taruh di saku celananya. Wahhh ada pesan whatsApp. Dari Sujarwo sahabatnya. Dhandy segera melihat isi whats-App sahabatnya itu.
“Cieeee mesra banget nih lo kuy. Gue jadi ngiri. Bisa aja lagi dapetnya yang cakep. Ayeee.”
Dhandy terbelalak sekaligus kaget. Ya. Sujarwo mengirimkan foto. Ya, foto itu adalah ketika Dhandy dan Annisa tertidur di kereta tujuan Serpong saat itu. Dengan segera, Dhandy membalas whats-App dari Sujarwo.
“Candid nih, sialan lo Wo.”
“Hahahaha. Tapi suka kan. Secara cewek itu meluk elo dari samping. Kepalanya pake disenderin di pundak elo segala lagi. Anjrittt, gue kepengen banget kaya geto kuyyy.”
“Ngiri ni yeee.”
“Btw… itu cewek lo. Sue lo nggak bilang-bilang sama gue.”
“Bukan lagi. Gue baru kenal koq. Ceritanya panjang Wo. Ntar kalo udah sampe kantor gue ceritain ya.”
“Oke deh. Siapa namanya Kuyyy. Asli cakep bro.”
“Yang jelas namanya bukan Sujarwo Tejo kayak elo.”
“Wkwkwkwk. Ahhh, sialan lo.”
“Udah dulu ya Wo. Keretanya udah datang tuh. Assalamu’alaikum.”
“Waalaikum salam.”
Dhandy segera memasukkan kembali ponselnya ke saku celananya. Ya memang benar, dari arah barat, datang kereta tujuan Tanah Abang. Para penumpangnya segera bersiap-siap dan berdiri di belakang garis aman warna kuning.
BERSAMBUNG ke episode berikutnya…
Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat