Tokyo Metro 7000 Seri 7121F Setelah Menabrak Truk BBM Pertamina di Perlintasan Bintaro Permai | Sumber : Kompas.com
Jakarta, Cakruk News – Tepat pada hari Sabtu 9 Desember 2017 kali ini, atau bertepatan dengan 4 tahun terjadinya peristiwa Tragedi Bintaro Jilid 2 yang akhir ceritanya memakan korban jiwa dari peristiwa ini yang termasuk awak kru kereta dari KA 1131 relasi Serpong – Tanah Abang yakni Alm Bapak Darman Prasetyo selaku Masinis, Alm Bapak Agus Suroto selaku Asisten Masinis, dan Alm Bapak Sofyan Hadi selaku Teknisi kereta tersebut.
Mengingat dari peristiwa kejadian ini, saya selaku saksi bisu atas terjadinya peristiwa Tragedi Bintaro Jilid 2 akan memberikan sedikit cerita yang cukup kelam yang harus Sobat Cakruk News ketahui yang dimana saya berserta ayah saya pada waktu itu mengumpangi kereta tersebut dari Stasiun Rawabuntu menuju Stasiun Tanah Abang yang akhirnya bisa bertabrakan dengan Truk BBM Pertamina di Perlintasan Pondok Betung yang berlokasi di antara petak Stasiun Pondok Ranji menuju Stasiun Kebayoran atau tepatnya di daerah Pondok Betung serta sekaligus untuk meneruskan artikel berita yang telah dibahas sebelumnya yang berjudul In Memoriam : Tragedi Bintaro 2
Awal kronologis ceritanya, tepat pada hari kejadian tersebut saya berserta ayah saya berencana akan pulang dari Perumahan Bumi Serpong Damai (BSD) menuju kediaman rumah saya di Bojong Gede melalui Stasiun Rawabuntu untuk melakukan perjalanan awal, untuk kondisi Stasiun Rawabuntu itu sendiri cukup ramai seiringnya kereta menuju Stasiun Tanah Abang mengalami keterlambatan perjalanannya dari Stasiun Serpong dan menurut saya itu hal yang cukup wajar, mengingat jadwal kereta di lintas Green Line pada tahun 2013 yang lalu masih sedikit perjalanannya jika kita bandingkan dengan tahun 2017 yang jadwal perjalanannya sudah mulai banyak.
Kemudian ketika kereta yang saya akan tumpangi tiba di Stasiun Rawabuntu, semua penumpang mulai menyerbu untuk masuk kedalam rangkaian kereta, sebagai tambahannya untuk kondisi rangkaian itu sendiri ramai lancar dan tidak mengalami kepadatan penumpang seperti pada jam sibuk pada umumnya yang selalu padat atau bisa disebut dengan bahasa kasarnya mejret.
Disepanjang perjanannya rangkaian kereta berjalan seperti biasa pada umumnya seperti berhenti dan mengangkut penumpang di Stasiun Sudimara, Stasiun Jurangmangu, maupun Stasiun Pondok Ranji dan lagi – lagi kondisi penumpangnya masih serupa yakni masih ramai lancar dan tidak terlalu padat seperti jam waktu kerja pada umumnya.
Namun ketika rangkaian kereta sedang didalam perjalanan menuju Stasiun Kebayoran, ada sebuah kabar yang sangat janggal sekaligus mengkagetkan dari Alm Bapak Sofyan Hadi selaku Teknisi Kereta yang melayani KA 1131 yang mengatakan “Bagi para penumpang di Kereta paling depan untuk segera menuju ke kereta paling belakang” ucapnya melalui microphone keretanya pada pertama kalinya sembari Masinis KA 1131 Alm Bapak Darman Prasetyo dan Asisten Masinis KA 1131 Alm Bapak Agus Suroto berusaha untuk mengerem keretanya dari kecepatan normal menuju berhenti tanpa menggunakan rem darurat seiringnya rangkaian kereta akan menabrak Truk BBM Pertamina karena sedang terjebak macet di perlintasan Bintaro Permai, adapun tindakan untuk tidak melakukan pengereman secara darurat dilakukan agar rangkaian kereta tidak anjlok yang akhirnya bisa memakan korban lebih banyak lagi. Setelah memberitahukan informasinya melalui microphone kereta, kemudian Alm Bapak Sofyan Hadi keluar dari kabin masinisnya sambil berlari dan memberitahukan kepada penumpangnya sambil berteriak yang mengatakan “KERETA KITA MAU NABRAK TRUK PERTAMINA!! PENUMPANG SEGERA BERPINDAH RANGKAIAN PALING AMAN!!” ujarnya sambil memberitahukan kepada penumpangnya di seluruh rangkaian kereta, dan setelah memberitahukan pesan lisannya secara langsung akhirnya Alm Bapak Sofyan Hadi kembali lagi ke kabin masinis untuk membantu dalam upayanya supaya kereta itu berhenti dan tidak menabrak Truk BBM Pertamina.
Untuk kondisi kereta setelah diberikan informasi tersebut sangat ramai akan kepanikannya dari para penumpang yang sedang berusaha untuk menyelamatkan diri untuk berpindah rangkaian paling belakang dan terutamanya bagi para penumpang khusus wanita dan penumpang di rangkaian depan yang berusaha untuk menyelamatkan diri sembari rangkaian itu sendiri kondisinya sedang berjalan sembari mengerem tanpa rem darurat.
Dan akhirnya tepat hanya hitungan menit saja kereta tersebut menabrak Truk BBM Pertamina di Perlintasan Pondok Betung, lampu kereta dari menyala seketika menjadi mati, setelah itu sistem kelistrikan yang ada di kereta itu sendiri juga seketika langsung ikutan mati total, hingga tingginya guncangan kereta itu sendiri karena efek dari ledakan yang terjadi setelah kereta yang saya tumpangi menabrak Truk BBM Pertamina. Setelah kereta yang saya tumpangi telah menabrak Truk BBM Pertamina, para penumpang kereta yang termasuk saya beserta ayah saya hanya bisa mengucapkan takbir sembari berdoa menurut kepercayaannya masing – masing agar bisa selamat dalam kejadian ini, kemudian untuk situasi rangkaian kereta itu sendiri seketika panas total karena efek dari api yang membumbung tinggi dari kereta maupun truk pertamina itu sendiri, dan ayah saya juga menjadi orang yang membuka pintu darurat di rangkaian kereta yang saya beserta ayah saya tumpangi supaya para penumpang bisa menyelamatkan diri walaupun harus berhati – hati karena rangkaian yang saya dan ayah saya tumpangi mengalami sedikit anjlok, tidak hanya itu juga ada para penumpang yang lainnya yang berusaha untuk membuka jendela kereta hingga memecahkan kacanya supaya bisa keluar dari kereta walaupun harus melompat untuk turun dari rangkaian kereta.
Kemudian setelah saya beserta ayah saya keluar dari rangkaian kereta melalui pintu kereta yang telah dibuka secara manual, akhirnya saya dan ayah saya bisa selamat dari peristiwa ini, walaupun hanya luka memar di kaki saya karena harus melompat turun dari kereta, dan setelah itu saya dan ayah saya kemudian melihat proses evakuasi dari kejadian ini di warung didekat perlintasan kereta Bintaro Permai. Bunyi sirine perlintasan kereta, kemacetan arus lalu lintas, kepanikan penumpang, api yang masih membumbung tinggi, hingga ramainya para warga sekitar yang menonton peristiwa ini melengkapi di hari berkabungnya kecelakaan tersebut yang dinamakan Tragedi Bintaro Jilid 2.