COMMUTERLINE LOVE STORY : EPISODE 22

Daxa.net

Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 22

 

Sudah hampir sepuluh menit Hendro menunggu Jarwo di stasiun Tanah Abang. Namun hingga saat ini, orang yang ditunggu belum juga muncul. Sesuai kesepakatan sebelumnya, ada sesuatu yang harus mereka bicarakan. Sebentar-sebentar kepala Hendro celingak-celinguk ke peron lima dan enam. Namun Jarwo belum terlihat batang hidungnya. Setiap kereta yang datang di jalur lima ataupun enam, Hendro memperhatikan satu persatu setiap penumpang yang baru saja turun. Hmmm… mungkin Jarwo masih di perjalanan. Atau memang dia agak terlambat sedikit. Yahh, Hendro harus menunggu dan menunggu dan menunggu lagi.

Langit di atas sana nampak mulai gelap. Awan hitam mulai bergelayutan di tepi barat langit. Sebentar lagi malam akan datang. Namun situasi di stasiun Tanah Abang masih saja ramai dengan para penumpang dengan tujuan mereka masing-masing. Baik peron arah Bogor, Jatinegara maupun Serpong Parung Panjang, sama-sama dijejali oleh para penumpang. Hendro duduk terpekur di kursi stasiun sambil memainkan handphonenya. Ada beberapa pesan whatsApp masuk. Salah satunya adalah dari Dhandy yang saat ini sudah tiba di Tokyo.

“Ndro… alhamdulillah gue baru sampai Tokyo nih. Dikit lagi mau lanjut naik pesawat menuju Kyoto.”
“Alhamdulillah. Selamat bersenang-senang ya Dhan. Jangan lupa oleh-olehnya. Miss Japan. Hahahaha.”
“Miss Japannya nggak mau sama lo katanya.”
“Hahahaha, bisa aja lo.”
“Nissa udah elo kabarin belom.”
“Wihhh, udah dong. Dia mah the first yang gue kasih tahu. Secara… yayank gitu lohhh. Hihihi.”
“Yayank pala lo peang. Banyak gaya lo.”
“Oh iya Ndro, lo ini lagi dimana. Rame banget. Stasiun Tanah Abang ya. Gkgkgkgkgk.”
“Ahhh, ngehe lo. Udah tahu aja.”
“Sampai Bandara Kyoto, rencananya gue sama Pak Abdur Rahman mau ke stasiun Kyoto nih. Mau nyobain naik shinkansen.”
“Sue lo. Bikin ngiri gue aja. Ntar jangan lupa foto-fotonya ya.”
“Itu sih otomatis. Gue pasti kirimin ke elo sama Jarwo.”
“Ya udah hati-hati. Jangan lupa Miss Japan-nya ya. Bawa pulang kalo perlu.”
“Iye, iye. Ntar gue googling. Terus kirimin fotonya deh ke elo, gampang kan?”
“Anjiiirrr. Sue lo Dhan.”
“Bye Hendro Lesmana. Assalamu’alaikum.”
“Waalaikum salam.”

Hendro ketawa-tawa sendiri membaca pesan whatsApp dari Dhandy yang katanya saat ini sudah sampai Tokyo. Alhamdulillah, Dhandy dan Pak Abdur Rahman tiba dengan selamat sampai Tokyo tanpa ada masalah atau kendala apapun di penerbangan. Hendro turut bahagia mendengarnya. Semoga perjalanan berikutnya menuju Kyoto, Dhandy dan Pak Abdur Rahman selalu dalam keadaan baik-baik juga dan senantiasa berada dalam keselamatan selama dalam perjalanan di sana. Aamiin Ya Robbal Alamin.

“Ndro, ketawa-tawa sendiri lo. Kayak orang gila aja.” Sebuah suara terdengar di telinga Hendro. Hmmm… rupanya Jarwo sudah ada di hadapannya.
“Elo Wo, kapan sampenya. Tahu-tahu nongol aja.”
“Ya elo serius banget. WhatsApp dari siapa sih?”
“Dhandy. Dia baru sampai Tokyo katanya dan mau lanjut penerbangan menuju Kyoto. Bikin ngiri aja tuh anak.”
“Duhh, kapan ya gue bisa ke sana. Nyobain kereta shinkansennya. Ke kuil, bunga sakura. Kyoto Tower. Duhh…”
“Nanti Wo, kalau elo jadi presiden baru bisa. Atau gini aja. Elo dagang soto Lamongan aja di sana. Pasti laku tuh. Kan nggak ada yang jual. Rasanya pasti lebih enak dari ebi furay, shushi, ramen Jepang dan makanan lainnya.”
“Ihhh, ngaco aja lo Ndro. Dasar konslet.”
“Hahahaha. Lagian elo.”
“Udah ah, ayo. Nanti keburu Pak Wawan Kurniawan nunggu terlalu lama.”
“Elo tuh yang datang kelamaan. Dasar ngaret. Gue udah nunggu dari tadi.”
“Iye deh iye. Gue minta maaf. Tadi kebelet ke toilet. Ayo.”

Hendro dan Jarwo pun melangkah beriringan di peron lima stasiun Tanah Abang. Mereka menuju ke peron tiga. Ada hal penting yang ingin mereka diskusikan dengan bos mereka. Yang pasti semua ini ada hubungannya dengan Dhandy Ardiansyah dan Annisa Azzahrah.

BERSAMBUNG ke episode berikutnya…

Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat

Kayu Seru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *