Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 33
Sceane berikutnya Annisa dihampiri oleh seorang perempuan berhijab, kurang lebih seumuran sambil membawa kertas karton besar bertuliskan “Assalamua’laikum Pandangan pertamaku. Ikut aku yuk.” Annisa semakin bingung sekaligus bingung, ada kejutan apa lagi. Perempuan berhijab itu mengarahkan Annisa untuk menyeberangi rel jalur satu. Jemari tangan Annisa masih menutupi mulutnya.
Sejenak Annisa melayangkan pandangannya ke seantero stasiun Manggarai. Masya Allah, ya ampun. Ternyata banyak sekali orang berkumpul dan menyaksikan kedatangannya. Dari arah Selatan hingga utara. Semua mata tertuju padanya. Dan yang lebih membuat Annisa merasa malu sekaligus takjub, di peron jalur tiga dan empat sana, sudah terpasang rapi sebuah singgasana kecil. Banyak hiasan dan taburan aneka bunga dari segala tepi dan sisi. Lambang dua hati pun terpasang indah di atasnya.
Astagfirullahaladzim. Dhandy ada-ada saja. Annisa sampai tidak bisa berkata-kata. Dia tak bisa berhenti untuk tersenyum dan takjub. Jadi semua ini idenya Dhandy. Seniat inikah, seromantis inikah. Hal yang tak pernah terbayangkan sama sekali dalam benak Annisa. Ini benar-benar gila. Sangat.
Bukan hanya sebuah singgasana saja yang sudah terpasang indah di sana. Ada beberapa orang sudah berbaris rapi plus dengan seragam koor. Ada satu orang di depan sebagai komando. Dan di sisi yang lainnya ada beberapa orang nampak berjaga-jaga lengkap dengan busana kebaya dan jas resmi untuk pernikahan. Annisa hanya bisa geleng-geleng kepala. Malu dan bahagia bercampur aduk. Andai saja ada cermin di depannya, mungkin saat ini dia bisa melihat, betapa merona pipinya karena menahan malu.
Belum sempat menyeberangi rel jalur tiga, Annisa dikejutkan lagi dengan sesuatu. Seorang laki-laki membawa kertas karton berisikan tulisan yang cukup membuatnya terpukau. “Bila memang sebentar itu bisa bersatu, mengapa harus menunggu terlalu lama. Naiklah ke singgasana.”
“Mari Mbak… kita ke sana. Ke singgasana cinta.”
Annisa tak bisa berkata-kata. Benar-benar bisu. Pandangannya dia layangkan kembali ke seantero stasiun. Masya Allah. Orang-orang semakin banyak yang berkerumun. Menyambut kedatangannya. Namun anehnya, Annisa belum melihat sosok Dhandy Ardiansyah. Di mana laki-laki itu. Dari pertama turun taksi tadi hingga saat ini, laki-laki itu belum kelihatan batang hidungnya. Bersembunyi di manakah dia. Padahal Annisa sudah menelisik di semua kerumunan, namun dia tidak melihat Dhandy. Hmmm, hal gila apalagi yang akan dilakukan laki-laki itu.
Kamera terus mengikuti kemana langkah Annisa. Setiap ekspresi wajah Annisa, tidak luput dari bidikkan kamera. Karena moment-moment seperti itu yang harus diabadikan. Agar saat ditayangkan di televisi nanti, hasilnya akan maksimal dan juga alami.
Setelah beberapa saat lamanya melangkah, akhirnya Annisa menghampiri singgasana itu yang posisinya sedikit ke arah utara stasiun Manggarai. Semua orang nampak berkumpul, ingin mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan perasaan bahagia dan juga malu, Annisa tepat berdiri di depan singgasana. Setelah itu grup koor berseragam merah itu mulai menyanyi diiringi oleh petikan gitar yang dilakukan oleh seorang laki-laki yang Annisa tidak kenal.
Lagu itu dinyanyikan tidak biasanya. Kata dan kalimatnya menceritakan tentang Dhandy dan juga dirinya. Semua nampak kompak. Nadanya indah dan kata-kata di lagu itu sangat syahdu dan menyentuh. Karena saking kaget, malu, terkesima dan bahagia, Annisa sampai menitikkan air matanya. Sungguh, cara dan hal yang dilakukan Dhandy saat ini benar-benar surprise dan super gila. Dia membuat semua ini khusus untuk dirinya. Dirancang dan disusun sedemikian rupa.
Lagu koor terus mengalun dan memainkan nada yang indah. Hingga di akhir lagu, Annisa dikejutkan oleh sesuatu dari arah belakang.
“Selamat siang perempuanku.” Annisa segera menoleh ke belakang. Dan… air mata Annisa terus mengalir. Dhandy. Tahu-tahu laki-laki itu sudah ada di belakangnya dengan pakaian yang sangat rapi. Memakai jas dan celana warna putih. Rambutnya tidak segondrong seperti yang selama ini Annisa lihat di foto. Saat ini rambutnya sudah dipotong pendek dan rapi.
“Mas Dhandy… kamu… ihhhh…”
“Kenapa? Kaget ya. Gimana perasaannya. Suka nggak dengan surprise yang aku bikin hari ini khusus dan spesial buat kamu. Wahai Annisa Azzahrah.”
Mulut Annisa benar-benar seperti sedang terkunci rapat. Tidak tahu harus menjawab apa.
BERSAMBUNG ke episode berikutnya…
Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat