Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 29
Langkah Annisa begitu lambat di peron stasiun Serpong. Tidak nampak rona ceria di wajahnya. Dengan gerakan yang tidak semangat, dia duduk di kursi stasiun. Seharusnya menurut jadwal yang telah ditentukan, hari ini Dhandy pulang ke Jakarta. Ya, dua minggu sudah berlalu. Selama empat belas hari itu, laki-laki itu menghabiskan waktunya di kota Kyoto, Jepang karena urusan pekerjaan, bukan liburan atau jalan-jalan semata.
Padahal sejak awal, Annisa sudah meniatkan diri dan merencanakan untuk menjemput Dhandy di bandara Soekarno-Hatta. Namun setelah diinformasikan oleh Dhandy langsung, bawa yang bersangkutan tidak langsung pulang ke Jakarta, melainkan akan bertolak ke Temanggung karena kakeknya yang sedang kritis di rumah sakit. Dan menurut perkiraan Annisa, saat ini Dhandy sudah ada di sana bersama seluruh keluarganya.
Kedatangan Annisa di stasiun Serpong semata-mata hanya ingin mengenang awal pertemuannya dengan laki-laki itu. Karena di stasiun itu, untuk pertama kalinya dia melihat Dhandy. Dengan penuh perhatian dan kepedulian, Dhandy memberikan sapu tangan warna birunya. Dan hingga saat ini sapu tangan itu masih Annisa simpan dengan baik. Seperti yang diucapkan oleh Dhandy, sapu tangan itu untuk kenang-kenangan. Agar Annisa terus mengingat bahwa seorang laki-laki asal Serpong, pernah memberikannya dengan tulus.
Sesaat Annisa melihat ke layar handphonenya. Waktu menunjukkan sudah jam sembilan pagi. Kedatangan Annisa benar-benar tidak punya tujuan ke tempat itu. Hingga akhirnya layar handphone yang sedang dia tatap, mendadak ada panggilan. Sujarwo. Ternyata temannya Dhandy yang menghubunginya. Kira-kira ada apa ya. “Ada apa Mas Jarwo telepon.” Bisik Annisa di dalam hati. Tanpa menunggu waktu lagi, Annisa pun segera mengangkatnya.
“Assalamua’laikum Mas Jarwo, ada apa Mas?”
“Waalaikum salam. Maaf, Nissa sedang di rumah atau di mana nih?”
“Saya sedang di stasiun Serpong nih Mas.”
“Ngapain di situ Niss?”
“Saya kangen Mas Dhandy Mas. Harusnya saat ini saya jemput dia di bandara karena baru pulang dari Kyoto. Tapi…”
“Waduh asik banget sih yang sedang kangen. So sweet.”
“Kata Mas Dhandy, kakeknya sedang kritis di Temanggung sana. Jadwal kepulangan dari Kyoto pun dipercepat.”
“Yakin nggak tuh Mas Dhandy ke Temanggung, jangan-jangan dia bohong lagi.”
Saya percaya dengan Mas Dhandy koq Mas Jarwo, insya allah. Saya tidak ingin berburuk sangka kepada orang lain walaupun saya baru kenal dia. Sebelum ada bukti yang akurat, saya anggap Mas Dhandy jujur. Andaipun memang dia bohong, dia pasti punya alasan yang kuat kenapa berbohong seperti itu.
Tanggapan dari Annisa membuat Jarwo terdiam dan tidak bisa berkata-kata lagi. Masya Allah. Pantesan saja Dhandy begitu memikirkan dan fokus kepada Annisa, selain cantik, cara berpikir perempuan itu sangat cerdas dan tidak kampungan.
“Mas Jarwo… Mas… koq diam. Ada perlu apa Mas.”
“Mmm… Nissa beneran kangen sama Mas Dhandy.”
“Bayangkan saja Mas Jarwo. Kami baru sekali bertemu. Setiap ada rencana untuk ketemuan, pasti gagal dan gagal lagi. Bahkan saat Mas Dhandy terbang ke Jepang pun, kami tidak bisa bertemu. Dan seharusnya hari ini kamu bertemu. Tapi Mas Dhandy harus ke Temanggung karena kakeknya.
Selama ini komunikasi saya dan Mas Dhandy hanya lewat telepon dan WhatsApp. Selama dia di Kyoto sana hanya suara dan fotonya aja yang bisa saya lihat dan saya rasakan. Mas Jarwo bisa bayangkan bagaimana perasaan saya. Ibaratnya pohon yang seharusnya sudah saatnya berbuah tapi karena ditebang terus, panen pun tidak bisa dilakukan.
“Sebaiknya… saran saya, Nissa lupakan saja yang namanya Mas Dhandy Ardiansyah itu. Sebenarnya dia itu bohong sama Nissa. Dia tidak pergi ke Temanggung. Kakeknya baik-baik saja. Saat ini dia sedang susah dihubungi semenjak pulang dari Kyoto. Bahkan yang saya tidak percaya, teman saya Hendro Lesmana melihat dia bersama seorang perempuan bermata sipit di sebuah Mall di daerah Jakarta Selatan.
“Duh Mas Jarwo, jangan fitnah Mas. Saya tidak yakin Mas Dhandy seperti itu.”
“Ya udah, kalau Nissa nggak percaya sekarang datang saja ke stasiun Manggarai. Saya akan membuktikan bahwa ucapan saya tidak salah.”
“Stasiun Manggarai? Mas Dhandy sekarang ada di stasiun Manggarai?”
“Makanya sekarang Nissa ke stasiun Manggarai sebelum Nissa nyesel.”
“Oke Mas Jarwo. Sekarang juga saya ke stasiun Manggarai.”
“Oke, saya tunggu ya.”
BERSAMBUNG ke episode berikutnya…
Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat