Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 35
Dari jalur tiga stasiun Manggarai, commuterline tujuan Jakarta Kota berhenti. Segenap semua penumpangnya segera turun dari dalam kereta. Namun para penumpang yang baru turun itu merasa heran dan bingung. Karena di peron tersebut banyak sekali orang-orang berkerumun dan berkumpul. Terlebih ada beberapa kamera yang terpasang. Otomatis, banyak di antara mereka penasaran ada apa dan sedang shooting acara apa. Hingga akhirnya tak sedikit dari mereka ikut menonton.
Begitupun dari arah stasiun Cikini, masuk di jalur empat commuterline tujuan Bekasi. Walaupun kapasitas penumpangnya tidak terlalu banyak, namun yang ada di dalam kereta, cukup terkaget dan kebingungan melihat keramaian di peron stasiun Manggarai sebelah utara. Banyak orang yang menonton, banyak pula kamera yang dipasang.
Namun Dhandy Ardiansyah tidak mempedulikan semua itu. Dia menganggapnya orang yang sedang melintas saja tanpa harus diperhatikan. Tujuannya tetap fokus pada penembakannya kepada Annisa Azzahrah. Dan ternyata di spot acara lamaran tersebut bukan hanya Dhandy dan Jarwo saja yang hadir. Hendro Lesmana sang penggagas ide ini juga ada. Pastilah. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah, Pak Wawan Kurniawan dan Pak Abdur Rahman, hadir pula di acara itu. Padahal mereka itu bos, namun sempat-sempatnya ingin melihat dan menyaksikan Dhandy melamar perempuan yang selama ini sebenarnya sangat dicintainya.
Beberapa pegawai dari stasiun Manggarai juga ikut hadir. Pak Ismail sebagai kepala stasiun juga ikut menyaksikan. Beberapa petugas PKD dan petugas kebersihan juga ikut meramaikan. Dan yang membuat surprise adalah Pak Arrahman putra Papinya Annisa juga hadir. Lho, koq bisa. Bagaimana ceritanya. Yang jelas, semua orang-orang penting, orang-orang terdekat dan orang-orang yang menyayangi Dhandy, ada di tempat itu. Memberikan doa dan semangat untuk Dhandy. Semoga usaha dan rencana Dhandy kali ini, membuahkan hasil. Tidak ditolak cintanya.
Sejurus kemudian Dhandy menghampiri Annisa. Dia tatap wajah Annisa dalam. Degup jantung terasa dahsyat sampai Dhandy tak tenang.
“Ngomong dong, kamu koq diam aja sih Niss.”
“Kamu nyebelin ihhh. Bilangnya ke Temanggung nengokin kakek kamu. Ihhh…”
“Oh iya, aku minta maaf. Aku sudah bohong sama kamu, aku terpaksa ngelakuin itu demi membuat kamu bahagia. Aku sengaja ngelakuin itu untuk acara hari ini. Untuk menyiapkan kejutan yang spesial yang sudah aku katakan saat aku masih di Kyoto.”
Tentang aku pulang lebih awal dari yang dijadwalkan itu memang benar. Aku pulang tiga hari lebih cepat. Alhamdulillah Pak Abdur Rahman sangat pengertian orangnya. Setelah aku ceritakan tentang kita, dia sangat mendukung. Maka dari itu dia yang menyarankan aku untuk pulang lebih awal. Karena dulu, dia juga pernah merasakan masa muda. Soal urusan pekerjaan, Pak Abdur yang meneruskannya. Dan… setelah aku tiba di Jakarta lagi, aku Hendro dan juga Jarwo langsung mempersiapkan acara ini.
Annisa Azzahrah… aku juga mengundang Papi kamu ke sini. Aku sudah minta izin sama beliau. Alhamdulillah Papi kamu sudah mau menerima aku. Jarwo dan Hendro yang membujuk Papi kamu untuk datang kemari. Karena aku ingin, Papi kamu tahu apa yang aku lakukan sama kamu. Aku tidak ingin dicap sebagai laki-laki tidak baik di mata Papi kamu. Aku melakukan semua ini karena aku benar-benar serius sama kamu. Aku tidak ingin main-main.
“Ya ampun… Mas Dhandy… Ya Allah…”
“Pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk membacakan ungkapan hati aku sama kamu. Kamu harus dengar. Karena aku menghafal ini cukup singkat.”
“Apaan lagi sih Mas, mau ngapain lagi.”
Dhandy tidak menanggapi ucapan Annisa. Dia memejamkan matanya sesaat. Sebentar kemudian petikan suara gitar membahana dan mendayu-dayu. Setelah intro dimainkan, mulailah Dhandy berkata-kata tanpa teks apapun.
Annisa…
Nama itu kini sering aku ucapkan
Hari demi hari mulai mengisi
Kesendirian juga lamunanku
Hingga tanpa sadar aku terperangkap
Tak bisa mengusirnya
Mungkinkah itu hanya perasaan
Atau sebuah keyakinan hati
Bahwa sebenarnya
Aku mulai memikirkanmu
Setiap menit dan juga detiknya
Hanya sekali bertemu
Namun mampu mengukir rindu
Menggunung dan membahana
Hingga aku tak bisa menahannya
Apakah ini yang dinamakan cinta
Hanya hatiku dan hatimu yang tahu jawabnya
Annisa…
Tengadah dalam simpuh tahajjud
Khusyu bermunajat dalam indah dhuha
Aku mantapkan hati dan niat
Untuk menjadikan kamu yang terindah
Untuk membawamu ke dalam separuh ibadah
Untuk membimbingmu menuju jannah
Bila yang terbaik telah aku dapatkan
Aku tak perlu mencari kemana-mana lagi
Mutiara itu tidak harus cantik
Sholehah itu tidak mesti berhijab
Yang penting hati ikhlas menerima
Yang penting rasa selalu membara
BERSAMBUNG ke episode berikutnya…
Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat