Lanjutan Cerbung Commuterline Love Story : Episode 36
“Annisa please… maksud kamu apa ngomong seperti itu. Kamu… kamu menolak lamaran aku?” Wajah Dhandy terlihat ketakutan dan tidak tenang setelah mendengar jawaban yang sangat tidak diharapkan dari Annisa. Bukan hanya Dhandy saja, beberapa orang yang mendengar itu pun ikut kaget. Masa iya Annisa menolak Dhandy begitu saja yang sudah mempersiapkan semua ini dengan susah payah dan dari jauh-jauh hari pula. Settingan dan rencana yang telah disusun sedemikian rupa, apa iya harus puas dengan kata-kata “tidak bisa”.
Annisa melihat ada kekecewaan dan kekhawatiran di wajah Dhandy. Itu telak dan jelas sekali terlihat. Wajah yang sedari tadi berbinar-binar dan penuh dengan senyuman, mendadak berganti penuh kegelisahan. Karena jawaban dari Annisa sangat di luar dugaan. Sedari tadi Annisa terlihat menikmati dan suka dengan serangkaian kejutan yang terjadi. Tapi jawabannya…
“Annisa tolong jawab pertanyaanku. Kamu… kamu nggak bisa karena apa. Kamu sudah punya laki-laki lain. Kamu sudah ada…”
“Iya Mas Dhandy. Aku minta maaf sedalam-dalamnya. Selama ini aku tidak pernah memberitahukannya sama kamu Mas. Sebenarnya aku sudah punya pilihan sendiri tentang pasangan hidup aku. Dan kalau boleh aku jujur… aku sangat mencintainya Mas. Aku tidak bisa kehilangan dia.”
Aku tidak bisa hidup tanpa dia. Semenjak pertama bertemu, aku langsung jatuh cinta padanya. Dia laki-laki baik dan sangat menyenangkan. Maaf kalau hal ini membuat kamu dan semua orang di sini kecewa. Aku sudah memilih dia untuk menjadi teman hidup aku selamanya.
“Astagfirullahaladzim… Annisa. Kamu tega banget sama aku. Kamu jahat sekali.” Dhandy terlihat kecewa. Wajahnya terlihat sangat terluka. Kepalanya menggeleng-geleng beberapa kali.
“Laki-laki itu adalah yang telah memberikan sapu tangan warna biru ini di dalam kereta menuju Tanah Abang saat itu. Kamu Mas Dhandy Ardiansyah. Laki-laki itu ya kamu. Bukan laki-laki lain.”
Ya ampun Annisa Azzahrah, sudah membuat suasana menjadi sangat tegang dan menakutkan. Sambil memegang sapu tangan warna biru yang dulu Dhandy berikan padanya, Annisa pun jujur yang sebenarnya. Dan terlihatlah wajah Dhandy yang merona, malu sekaligus salah tingkah karena Annisa sudah berhasil membuat dia deg-degan termasuk semua orang yang ada di stasiun Manggarai.
“Ya Allah Annisa. Euuuh, kamu itu ya. Nggetin banget sih.”
“Biar adil Mas. Kamu sudah berhasil membohongi aku. Kamu juga sudah berhasil membuat aku kaget sekaget-kagetnya dari tadi. Impas kan?”
“Jadi sebenarnya…”
“Maksud aku sebenarnya ya… aku nggak bisa nolak kamu Mas. Yes i will marry you.”
“Apa sayang? Nggak kedengeran. Lebih kenceng lagi dong biar semuanya tahu.”
“Iya Mas Dhandy. Aku mau nikah sama kamu.”
Ya Allah, alhamdulillah. Kalimat terakhir dari Annisa begitu melegakan sekaligus membahagiakan. Semua orang yang hadir di tempat itt ikut merasakan lega selega-leganya. Walaupun tadi pernyataan Annisa sempat membuat Dhandy dan semua orang kaget bukan kepalang. Hingga beberapa saat kemudian Dhandy langsung memasangkan cincin yang dipegangnya sedari tadi, kemudian melingkarkannya di jari manis Annisa dengan letup-letup rasa bahagia.
“I love you Annisa Azzahrah.” Ucap Dhandy dengan senyum terindahnya.
“I love you too Dhandy Ardiansyah .” Usai Annisa menjawab, semua yang menonton langsung bertepuk tangan dengan meriah. Setelah itu pun Dhandy mengajak Annisa masuk ke dalam singgasana kecil itu.
Annisa Azzahrah sayangku… cintaku dan perempuan terindahku. Aku tahu ini terlalu cepat karena kita belum lama kenal. Tapi aku yakin, Allah akan selalu memberikan kemudahan dan kebaikan kepada setiap hambanya yang mempunyai niat yang tulus. Dan aku sangat tulus untuk mencintai kamu. Aku benar-benar serius sama kamu. Aku tidak mau kita lama-lama pacaran. Ngerinya kamu keburu diambil orang.
Dan aku janji, setelah acara ini selesai kita ta’aruf dan segera merencanakan pernikahan kita nanti. Kalau di mata kamu aku ini gila atau nggak waras, silakan. Koq bisa sih baru pertama kenal langsung melamar, imposible banget. Itu settingan atau pencitraan. Alhamdulillah aku tidak ada niat seperti itu. Aku benar-benar sayang sama kamu. Tahajjud dan dhuhaku selama ini tidak mungkin keliru, bahwa kamulah jodoh aku.
Mas Dhandy, terima kasih atas semua ini. Jujur, aku nggak nyangka kamu bakal melakukan hal ini. Kepikiran aja nggak. Aku kaget, aku shock, aku juga sempet kesel. Tapi jujur aku bahagia Mas, ternyata kamu orangnya sangat romantis. Mau mempersiapkan semua ini sedemikian rupa hanya untuk membahagiakan aku. Setelah berkali-kali kita gagal dan gagal untuk bertemu, ternyata hari ini kita dipertemukan dalam suasana dan moment yang sangat indah dan megah. Seperti yang selalu aku yakini. Semua akan indah pada waktunya jika kita memang mau bersabar. Aku sayang kamu Mas. Aku cinta kamu.
Dengan gerakan spontan dan refleks, Dhandy pun memeluk Annisa dengan perasaan bahagia, dengan segenap rasa cinta.
“Aku juga sayang kamu Annisa, aku cinta kamu.”