“R… Smalem naek apa ?” Tanya ibu X suatu hari mengawali percakapan kami pagi itu di peron 2 Rawabuntu.
Ibu X adalah karyawan salah satu bank pemerintah yang selalu berangkat pagi dengan KA 1917/1921 (sebelum Gapeka 2017 berlaku).
“Biasa bu, saya ikut yang jam 17.45, kenapa emang ?” Sahutku.
Ibu X mulai bercerita,
“Semalem aku tuh lembur, karena ada masalah di salah satu ATM saat pengisian uang, jadi saya harus urus. Dari kantor udah jam 8-an (20.00).
Sampai Tanah Abang, wahhh senengnya liat di jalur 5 ada kreta, langsung naik. Mana kosong jadi bisa duduk”.
“Entah saking ngantuknya saya duduk sempat denger, ‘kereta belum bisa diberangkatkan, silakan mencari alternatif lain'”.
“Antara sadar dan tidur, saya juga lihat banyak orang pada turun mungkin mau naik angkot. Tapi saya pikir, aaahh… Udah malem ngapain naik angkot nanti macet juga dimana-mana. Belum lagi harus pindah-pindah angkutan. Jadi saya tetap bertahan toh bakalan jalan juga. Saya ga lihat-lihat jam, pokoknya tidur… Capek…”.
“Akhirnya… Kereta jalan juga, dan sampai di Rawabuntu… Pas lihat jam… Masya Allah… Jam 24 (tengah malam), ternyata saya tidur di KRL lama juga”.
“Saya jadi inget suami R, gimana dia… Walau sudah tak siapin makanan, tapi tetep aja kan kepikiran juga ?” Kata ibu X lirih bergetar.
Perlu diketahui suaminya menderita stroke.
Dan aku pun hanya bisa diam menelan ludah, pilu mendengarnya.
Untuk mencoba mencairkan suasana ku tanya “emang ga ada orang di rumah bu ?”.
Ibu X menatapku tajam, semakin berlinang sambil berucap “kan saya ga punya anak R, jadi ga ada siapa-siapa selain bibi yang biasa bebersih tapi cuma pagi”. Duhhh… Aku merasa sangat bersalah dengan pertanyaan kunci tadi… 🙁
Kulirik ibu X makin berkaca-kaca, sambil menceritakan perjuangan selanjutnya untuk mendapatkan ojek yang berakhir dengan naik taxi yang mengantarkan ke rumah di daerah Pamulang.
“Sampai rumah R, kan udah dini hari… Sepiii semua… Hanya Satpam yang terlihat. Kanan kiri sepiii, kayaknya sopir tadinya juga rada takut jadi ngajak ngobrol”.
“Begitu masuk rumah, saya ucapkan salam… Kok tumben suami saya ga terbangun dan keluar… Tapi saya juga ga bangunin.
Langsung saya ke kamar mandi mau bersih-bersih badan. Tapiiii R… Masya Allah… !!!!
Saya kaget… terkaget-terkaget liat ke closet… HP suami saya sudah ada dalam lobang closet, untung saya belum flush !”.
“Saya buru-buru ke kamar, ada apa dengan suamiku”.
“Tak pegang kepalanya, takutnya demam atau kenapa, tak juga bangun.
Saya pikir pasti dia marah sampai HP dibuang ke closet, lalu saya buru-buru cari HP di tas ga ada. Barulah ingat HP dikantong celana. Begitu saya nyalakan… Masya Allah… 80 missed call… Pantes dia marahhh… Serius saya ga berasa, saking pulesnya tidur ya… !”.
Walaupun tetap berlinang, ibu X berusaha tertawa dan berujar “tadi pagi suamiku baru bilang kalau dia khawatir juga kenapa sampai tengah malam belum sampai rumah !”… #Perempuan_Dalam_Kereta…
Mohon maaf untuk ibu X, ceritanya saya bagikan disini.
Ini hanyalah satu dari sekian banyak cerita yang ada dalam deru laju KRL Commuterline.
Semoga pihak operator juga semakin mau mengerti dan memahami kebutuhan dan kondisi para pengguna KRL. Dengan segala macam kebutuhan, persoalan dan kepentingan para pengguna KRL Commuter Line, Operator akan segera berbenah agar bisa segera melakukan segala hal dengan cepat jika ada gangguan, untuk menjaga agar Perka tetap MANTJARLI. Pengguna KRL bisa segera sampai di tempat tujuan dengan cepat dan SELAMAT.
Dokumentasi Foto : Wawan Kurniawan