Lanjutan Cerbung Panggil Dia Ibu : Episode 17
Kedatangan Elmeira di stasiun Bojonggede, jelas mengagetkan Wawan, Habibi, Yulia dan terlebih adalah Calista. Karena baru saja Calista bercerita yang kurang menyenangkan tentang Elmeira. Namun setelah melihat Elmeira langsung, Calista jadi salah tingkah dan malu sendiri. Entahlah, tidak ada yang tahu apa maksud dan tujuan Calista mengarang-ngarang cerita seperti itu. Buktinya saat ini dia baik-baik saja walaupun pulangnya agak larut malam.
“Elmeira… sayang. Kamu pulang juga akhirnya Nak. Ayah khawatir sekali. Kamu kemana aja Nak. Ayah sama Abib memikirkan kamu dari tadi.” Wawan langsung memeluk Elmeira dengan perasaan bahagia sekaligus khawatir.
“Ayah… Maafkan aku Yah.”
“Ayah sama Habibi berulang kali telepon kamu, tapi tidak aktif. Ayah bingung. Takut terjadi sesuatu yang tidak baik sama kamu. Kamu kemana saja Nak.”
Yulia ikut bahagia dengan kedatangan Elmeira. Alhamdulillah putrinya itu baik-baik saja dan dalam keadaan sehat wal afiat. Namun yang Yulia tidak mengerti, Elmeira datang bersama seorang laki-laki yang sama sekali tidak Yulia kenal. Laki-laki itu usianya kurang lebih beberapa tahun lebih tua dari Elmeira. Kulitnya sawo matang pada umumnya kulit orang Indonesia. Tinggi dan berambut ikal. Entah siapa laki-laki itu. Temannya Elmeira atau lebih dari itu.
Setelah puas memeluk anaknya, Wawan pun segera melepaskannya.
“Siapa laki-laki ini Elmeira?” Tanya Wawan setelah melihat di samping kanan Elmeira, berdiri seorang laki-laki.
“Emmm Oh iya. Kenalkan Yah, ini Mas Rendy Agus. Dia yang tadi menyelamatkan aku.”
“Assalamua’laikum Om. Saya Rendy.”
“Wawan, Ayahnya Elmeira. Dan ini Habibi, adiknya Elmeira.”
Beberapa saat lamanya perkenalan singkat pun terjadi. Satu sama lain saling berjabat tangan. Setelah selesai, barulah Elmeira menceritakan kejadian yang sesungguhnya, mengapa dia sampai pulang terlambat.
Jadi begini Yah, tadi sore itu, aku sama teman-teman tidak jadi buka puasa di Kalibata Mall, karena salah satu orangtua teman aku tiba-tiba ada yang meninggal. Dan itu di luar prediksi. Akhirnya, acara buka puasa pun dibatalkan dan akan di re-schedule kembali. Tadinya aku mau pulang lagi ke rumah. Tapi ketika aku mau naik kereta, tiba-tiba saja announcer stasiun menginformasikan bahwa telah terjadi kecelakaan tabrakan mobil sedan dengan kereta yang ke arah Bogor di perlintasan pol tangan antara Pasar Minggu dan Tanjung Barat.
Karena kecelakaan itu, banyak kereta yang tertahan dan jadwal kereta pun jadi berantakan. Aku juga bingung mau pulang bagaimana. Dan ketika aku mau telepon Ayah, handphoneku lowbet. Lupa tidak bawa power bank maupun chargeran. Aku bingung harus bagaimana. Di saat sedang bingung seperti itu, tiba-tiba saja dompet aku hilang di tas. Aku nggak ngerti hilang di mana. Seingat aku, terakhir di kereta, dompet itu masih ada.
Aku semakin kebingungan dan tidak tahu harus bagaimana. Aku sedih dan sendirian di stasiun Kalibata. Acara buka puasa batal, dompet juga hilang. Saat itu yang ada dalam pikiran aku, aku takut. Aku takut Ayah marah, aku takut nggak bisa pulang. Sedangkan hari sudah mulai malam. Tidak tahu harus kemana dan menghubungi siapa. Uang nggak ada, handphone pun lowbet dan kereta pun sedang ada masalah. Pokoknya, nyesek banget.
Sampai akhirnya, di saat aku sedang putus asa seperti itu datang seorang laki-laki menghampiri aku. Mas Rendy inilah orangnya. Mas Rendy datang padaku sambil membawa dompet punya aku. Subhanallah, aku kaget sekaligus bingung. Koq bisa dompet itu ada di tangan Mas Rendy. Dan yang membuat aku lebih bingung lagi, koq Mas Rendy bisa tahu bahwa pemilik dompet itu adalah aku dan aku sendiri sedang ada di stasiun Kalibata, bagaimana coba.
Ternyata, dompet aku terjatuh di lantai kereta. Mas Rendy menemukan dompet itu ketika kereta baru saja berangkat dari stasiun Pasar Minggu. Dompet itu tadinya mau langsung diberikan sama aku, namun semua itu urung diberikan karena Mas Rendy ada panggilan telepon dalam durasi yang cukup lama. Hingga tanpa Mas Rendy sadari, aku sudah turun di stasiun Kalibata.
Namun karena dia benar-benar berniat mengembalikan dompet aku, dia pun bermaksud turun di stasiun Kalibata juga. Namun sayang, pintu kereta sudah tertutup karena Mas Rendy asyik menerima panggilan telepon tadi. Akhirnya Mas Rendy pun terbawa ke stasiun Cawang dan dia turun di sana, kemudian baik arah dan naik kereta tujuan Bogor untuk turun di stasiun Kalibata lagi.
Mas Rendy berdoa dan menunggu keajaiban. Mudah-mudahan dia bisa mengembalikan dompet aku. Dari jam lima sore sampai setelah waktu maghrib, Mas Rendy menunggu di stasiun Kalibata. Berharap dia bisa ketemu aku dan mengembalikan dompet aku. Namun karena niat Mas Rendy itu baik, akhirnya dia bisa mengembalikan dompet itu sama aku. Aku yang sempat sedih dan putus asa, merasa sangat bahagia. Ternyata masih ada orang sebaik Mas Rendy. Mungkin kalau dia jahat, dia sudah membawa kabur dompet aku dan menguras isinya.
Akhirnya kami pun berkenalan dan mengobrol. Aku dan Mas Rendy pada akhirnya berbuka puasa di stasiun Kalibata dengan makanan seadanya. Menunggu keadaan dan situasi kereta normal kembali karena kecelakaan itu, kami pun mengobrol asyik di stasiun Kalibata sampai jam sepuluh malam tadi. Begitu lho Ayah, Abib ceritanya…
“Alhamdulillah. Syukurlah Nak. Ayah lega mendengarnya. Dan untuk Nak Rendy, terima kasih atas kebaikannya sama Elmeira anak saya. Insya allah mendapatkan balasan yang berlipat-lipat dari Allah SWT.”
“Aamiin, terima kasih Om.”
“Cieee… cieee si teteh. Punya cowok sekarang euyyy.”
“Abib. Ihhh kamu ya.”
BERSAMBUNG ke episode berikutnya…
Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat