Lanjutan Cerbung Panggil Dia Ibu : Episode 32
Wawan segera menyeberang ke jalur tiga stasiun Duri. Apa yang diucapkan oleh Habibi anaknya di telepon benar adanya. Suasana di peron tiga sudah ramai dan heboh. Banyak orang yang sudah berkumpul dan berkerumun. Pasalnya di ujung peron sebelah selatan sana telah terjadi hal yang sangat menegangkan. Dan Wawan sangat yakin, di ujung peron sebelah selatan itu pasti para penyekap itu sedang menyekap Elmeira.
Wawan segera melangkah ke peron tiga dan menyeruak di antara puluhan bahkan mungkin ratusan orang yang sedang menonton kejadian itu. Duhh, untuk lewat saja rasanya sangat susah karena saking banyaknya orang yang melihat kejadian itu. Wawan sampai harus permisi-permisi kepada semua orang. Sambil menyeruak, Wawan mencari sosok Yulia dan Habibi yang katanya ada di dekat lokasi penyekapan itu. Namun hingga saat ini Wawan belum menemukannya.
Mungkin Wawan harus berjalan lebih ke arah selatan lagi. Karena semakin ke peron selatan, yang berkerumun semakin berkurang, tidak sebanyak tadi. Dan setelah bersusah payah menyeruak, akhirnya Wawan sampai di peron tiga selatan stasiun Duri. Dan Wawan pun melihat di tepi peron selatan sana. Tiga orang penyekap itu sedang menyekap Elmeira yang mulutnya sudah ditutupi oleh plakband, tangannya diikat memakai tali ke belakang.
“Elmeira… astagfirullahaladzim.” Wawan tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya setelah melihat keadaan putrinya yang sedang dalam keadaan bahaya seperti itu. Dan secepatnya Wawan harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan putrinya.
“Ayaaahhh.” Dari tepi sebelah kiri sana, Habibi berteriak memanggil setelah melihat Wawan. Yulia yang ada di sebelah Habibi langsung ikut menoleh.
“Kang Wawan. Elmeira Kang.”
Wawan segera menghampiri Habibi dan Yulia yang sedang cemas menahan ketakutan yang teramat sangat karena melihat keadaan Elmeira yang nyawanya sedang dipertaruhkan dan terancam.
“Yulia, Habibi. Kalian baik-baik saja?”
“Alhamdulillah Kang, kami baik-baik saja. Tapi Elmeira Kang. Lihat itu. Aku takut Elmeira kenapa-kenapa.”
“Tenang Yulia, aku akan menyelamatkan anak kita. Kamu sama Habibi bantu doa ya.”
“Tapi Akang mau melakukan apa?”
“Kamu tenang saja Yulia. Aku akan berjuang untuk menyelamatkan anak kita.”
“Hati-hati Kang, jangan sampai lengah.”
Wawan kemudian maju beberapa langkah dan menghampiri para penyekap itu.
“Hei! Lepaskan dia. Lepaskan anak saya!” Teriak Wawan kepada para penculik itu.
“Hahaha, akhirnya datang juga. Heuhh, Ayah yang bertanggung jawab. Tapi bodoh, goblok. Hahahaha.”
Wawan tak habis pikir, kemana para petugas PKD dan pihak terkait lainnya yang ada di stasiun Duri. Masa iya menangani masalah ini tidak ada yang berani satu orang pun. Mau sampai kapan keadaan ini akan segera berakhir. Pengecut sekali mereka. Masa iya tidak ada tindakan apapun. Biasanya petugas TNI dan dari kepolisian bisa menyelesaikan semua ini.
“Mau kalian apa? Salah anak saya apa?” Teriak Wawan kemudian sambil berusaha untuk lebih mendekat lagi.
“Jangan mendekat. Berani maju selangkah lagi, dua belati ini yang akan berbicara.” Gertak salah satu penyekap itu dengan suara yang dibengis-bengiskan.
“Lalu apa yang harus aku lakukan agar anakku bisa bebas?”
“Menikahlah denganku dan jadilah suamiku.”
Suara seorang perempuan terdengar dari arah belakang. Ya, suara itu sangat jelas. Wawan kaget dan segera menoleh ke belakang.
“Calista, astagfirullahaladzim!”
“Elmeira akan bebas dan baik-baik saja kalau Mas Wawan mau menjadi pasangan hidupku.”
Apa-apaan ini. Lelucon macam apa. Ucapan Calista sangat memalukan dan di luar bayangan. Menjadi suami? Menikah? Gila. Apa yang sudah dilakukan Calista benar-benar sudah gila. Wawan hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menahan kaget.
BERSAMBUNG ke episode berikutnya…
Hak Cipta Milik : Fakhrul Roel Aroel Hidayat