“Berapa mas? ” tanya ibu penjual nasi megono membuyarkan lamunanku.
“Satu bu ” sahutku.
Entah kenapa, guratan guratan pantat itu selalu menggelayut di pikiranku belakangan ini setelah melihat gambar d168 yang kuning langsat, tampak ranum & menggairahkan di sosmed biru.
Sabtu pagi sepulang kerja, pantat itu kembali mengusik pikiranku bercampur aduk dengan rasa lelah & kantuk. “Aah lumayan agak sepi kereta pagi ini” kusandarkan punggungku di bangku commuter line, lagi – lagi lekukan pantat itu berkecamuk, sampai sampai senyum wanita manis dengan rambut sedikit basah tergerai dihadapanku kuabaikan.
……..
Aku terhenyak, ternyata aku tertidur. Untunglah stasiun tujuanku belum terlewat.
Tak lama aku turun dan bergegas pulang.
Pagi itu cerah berawan, lagi lagi lamunan harum yang khas dibalik guratan pantat itu kembali menggodaku.
“Ayo ma, kita berangkat” kuajak istri tercintaku segera bersiap.
Kuarahkan motorku ke selatan, tanjakan berliku berangin sejuk silih berganti dengan erangan truk yang berusaha menanjak berganti dengan cross wind yang menampar pipi di jembatan panjang yang membelah Cisadane.
Aspal berganti hotmix kemudian aspal berlubang, menemani kami pagi itu.
Kutepikan motorku di minimarket ujung hotmix, kuambil minuman dingin dan berjalan gontai ke kasir & antri. Tanpa sadar akupun memperhatikan jari jari lentik yang dengan lincah menari diatas keyboard, lekukan tubuhnya tercetak sempurna dibalik seragam merahnya. Lidahku tercekat, jakun ku naik turun karena rasa haus ini berkecamuk dahsyat di kerongkonganku.
“Isi pulsanya sekalian pak ?!?” Kata gadis itu membuyarkan lamunanku.
Akhirnya…. pikirku dalam hati.
Pantat.. pantat.. pantat. Duh isi kepalaku berkecamuk.
Kulanjutkan perjalanan, bukan aspal tapi berkilometer jalan hancur & kubangan tak membuat hasratku surut. 3 tempat kudatangi, ketiganya hanya menggeleng saat kutanya tentang pantat yang kucari.
Tiba di tempat terakhir, hasratku makin membuncah saat kulihat sepintas pantat yang kucari… lidahku menggelinjang hebat, dan aaaarrghhh akhirnya… tak hanya guratan, tapi garis tegas tercetak di pantat kecoklatan yang teronggok diujung terlihat jelas.
Garis belahan dengan duri menumpul di pantat kecoklatan… yes.. ini duren parung legendaris, masak pohon pula !!!
Pasti memabukan, pasti…
Aku takin tak ada yang sia sia, meski tidak semua hal ada faedahnya.
Serpong, sabtu sore
~penggemar Enny Arrow~