Sering mendengar ada KDRT ? Dalam pikiran bawah sadar ketika mendengar kata KDRT adalah penganiayaan suami kepada isteri atau sebaliknya.
Namun, KDRT yang akan dibahas disini adalah Kekerasan Dalam Rangkaian Kereta.
Tim KMP@Cakruk kebetulan mengalami hal ini. Sengaja kami bagikan disini agar semua roker KRL Commuter Line tidak mengalami hal ini. Khususnya bagi para wanita.
Jumat, 14 Desember 2018 seperti biasa KA 1925 relasi Serpong – Tanah Abang masih dalam suasana longgar saat memasuki Rawabuntu.
Sebagaimana kebiasaan, langsung menempatkan diri di depan tiang besi – kaca dekat.
Bangku di pintu 2 – 3 gerbong 4 sudah terisi semua. Tampak semua tidur lelap.
Depanku berdiri, duduklah laki-laki dengan kaki panjang. Sebelah kanan berdiri laki-laki yang tengah asik main HP. Sementara di sebelah kiri kosong.
Entang mengapa, mata tertuju pada laki-laki berbatik kuning yang berdiri menempel di pintu.
Dari gerak-geriknya tampak seperti bukan pengguna KRL harian. Tak mengherankan tingkah laku begitu jika masih pengguna KRL baru, lalu kulanjutkan aktivitasku dengan HP.
Seperti biasa di Sudimara, karena KA 1925 masuk ke peron 3 maka pintu terbuka sebelah kiri dari arah laju KRL.
Karena masih pagi, di Sudimara pun tak terlalu penuh, masih belum berdesakan, berdiri masih nyaman. Laki-laki batik kuning tetap menempel di pintu kiri.
Memasuki Jurangmangu, tiba-tiba seperti serbuan air bah. Semua yang berada di seputar pintu terdorong kebelakang. Dan tak disangka laki-laki batik kuning sudang berada di sebelah kiriku.
Tak sekedar dekat, tapi benar-benar lekat. Agak terkejut melihatnya karena dari awal perasaan sudah tidak wajar dengan laki-laki ini.
Begitu pintu ditutup, laki-laki itu makin mepetin bahkan siku nya agak disodok-sodokkan ke arahku.
Kutatap, jika penumpang lain biasanya dengan ditatap maka akan memperbaiki posisi sehingga semua merasa nyaman.
Karena tak nyaman kubilang “pak, jangan dorong-dorong !”.
Dan dijawab “ikutin arus aja Bu !” Dan dia semakin mendorong ke arah kanan, sementara kaki ku tak bisa lagi terganjal kaki pria yang tertidur di depanku.
Kubilang lagi “ikutin arus gimana, tak bisa pak, ini kaki saya keganjel kaki orang yang duduk. Ga ada tempat lagi !!”.
Laki-laki itu membalas “geser aja ga mau, loncat apa gimana kek !”.
Belum juga kubisa mendapatkan posisi enak, dengan badan condong ke kanan sementara kakiku terjepit antara tiang dan kaca pembatas serta kaki laki-laki itu, kembali serbuan dari penumpang Pondok Ranji.
Laki-laki itu semakin kuat mendorongku, kaki ku terhimpit terjepit diantara tiang besi – kaca sekat dan kaki nya.
Nyeri mulai terasa di seputar tulang kering dan lutut. Kaki seakan patah tak bisa digerakkan.
Laki-laki itu semakin sangar dan kuat menghimpit ku.
Kuteriak “Pak… Ini kaki saya kejepit tahan dong !!”.
Dia semakin gahar “makanya geser… Jangan bertahan… !”.
Karena kurasa sakit tak tertahan amarahku memuncak “MAU GESER KEMANA LAGI… INI KAKI SAYA KEJEPIT !!!”.
Laki-laki itu semakin brutal “geser kebelakang… !!”.
Karena tak sudah tak berdaya kuteriak juga “bapak yang kebelakang… Kaki saya kejepit !!!”.
Dia mulai bergeser kebelakang namun… Saat bergeser kakinya menginjak kakiku yang terjepit kuteriak lagi “kakiku jangan diinjak… Sakittt… !”.
Mendengar begitu laki-laki itu malah nendang kakiku. Dan entah apa yang dia bawa dalam tas, ketika tas itu bergeser diseputaran pinggulku terasa ada benda keras didalamnya yang membuat pinggulku pun terasa nyeri.
Sambil terus ke belakang laki-laki itu masih sambil tendang-tendang kakiku. Merasa ada sedikit sela, kubalas tendangannya.
Laki-laki itu berhasil bergeser ke kebelakangku. Nyeri dan perih mulai menjalar seputar lututku. Baret dalam hatiku, semoga tak berdarah.
Entah mengapa setelah berhasil dibelakangku, tiba-tiba dia mulai memukul punggungku.
Sekali pukul kudiamkan, kupikir karena posisi kereta sedang miring.
Namun pukulan itu kembali dia lakukan… Dua kali… Tiga kali saya berteriak sekeras-kerasnya “PUKUL SAYA TERUSSS… TERUSSS PUKULLL… !”.
Barulah dia menghentikan pukulannya. Lalu berulang kali dia berucap “anehhh… Orang anehhh…!”.
Berulang terus hingga KRL berhenti di Kebayoran.
Saat KRL bergerak menuju Palmerah, kulihat laki-laki itu sudah kembali menempel di pintu KRL. Masih dengan gerak-gerik tak wajar, tengok kanan-kiri sepertinya sedang gelisah.
Kucoba pada wajahnya, namun setiap kamera terarah, mukanya berpaling.
Bagi semua roker, khususnya wanita harap berhati-hati dengan laki-laki ini.
Entah dia bermaksud apa dengan menganiayaku dalam KRL. Apakah dia orang GILA, orang galau, orang yang bermasalah dalam keluarga atau gerombolan COPET yang mencoba membuat keonaran dan keributan sehingga tim nya bisa beraksi dikala para penumpang terfokus pada keributan.
Hanya laki-laki berbaju batik kuning itu yang tahu.
Luka memar saat ini kuderita, cukup perih dan nyeri diatas lututku.
Ciri-ciri laki-laki tersebut :
- Rambut pendek cepak, seperti terlihat pada foto
- Tinggi badan 165 – 170 cm
- Postur langsing (kurus)
- Tampang menyerupai artis Didi Riyadi – Element Band (maaf ya mas Didi, bukan maksud mencemarkan nama baik mas Didi. Hanya sebagai gambaran saja, masyarakat lebih mudah mengenali wajah-wajah artis).
- Dagu tidak bercukur rapi tapi tak berjenggot
Jika ditanya, mengapa tidak melaporkan hal ini ?
Pada saat kejadian, tak tampak Walka di gerbong 4 KA 1925.
Saat di Palmerah juga tak tampak PKD berada di peron 2 (arah Kebayoran – Tanah Abang).
Dan saat saya turun sudah tak lagi melihat laki-laki tersebut.
Semoga dengan kejadian ini, para roker semakin waspada agar tak menjadi korban berijutnya dan saling PEDULI satu sama lain, karena pada saat kejadian tak ada satupun orang yang menolongku.
Bagi PT. KCI dan KAI pun semakin meningkatkan kewaspadaan dan perketat keamanan baik di dalam KRL Commuter Line maupun lingkungan stasiun.
Jika perlu pasang CCTV dalam gerbong dan gate stasiun, sehingga semua kejadian bisa terpantau.
Buat sentral pantauan setiap lintas sehingga akan memberikan kemudahan dalam tindakan perlindungan kepada semua pengguna KRL.
Semua demi KRL yang MANTJATLI dan manusiawi.
#perempuan_dalam_kereta